Ratusan Pemuka Agama Islam dan Kristen di Indonesia Meninggal Saat Pandemi COVID-19
"Setiap sinode (gereja) memiliki umat minimal 10 ribu orang. Jadi dampak dari pandemi ini juga sangat terasa bagi gereja, tidak saja berkaitan dengan pekerja yang meninggal," kata Pendeta Ronald.
Menurutnya yang paling terasa adalah gereja yang selama ini menggantungkan diri pada kehadiran jemaat di gereja untuk memberikan sumbangan bagi kelangsungan kehidupan gereja.
"Kalau gereja-gereja utama seperti misalnya HKBP, GPI, Gereja Pantekosta dan yang lain, para pendeta mendapat gaji bulanan."
"Gereja ini juga menyumbangkan iuran bulanan ke PGI, kita sekarang melihat juga mereka mulai mengalami kesulitan," kata Pendeta Ronald.
Dengan tidak adanya kegiatan kebaktian langsung di gereja, menurut Pendeta Ronald banyak gereja yang harus kreatif menyelenggarakan kebaktian virtual.
"Karena virtual, jemaat yang biasanya ke gereja A, bisa saja sekarang mengikuti kegiatan di gereja lain. Jadi para pendeta harus kreatif untuk menyelenggarakan kegiatan karena kan bersaing juga dengan gereja lain untuk mempertahankan jemaat dan mencari yang baru," kata Ronald lagi.
'Enggan balik ke gereja'
Di kalangan gereja Katolik juga ada sejumlah pastor yang meninggal dunia.
Menurut Pater Otto Gusti, dosen dan Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) di Ledalero, Flores di provinsi Nusa Tenggara Timur, yang sebagian besar penduduknya beragama Katolik, virus COVID-19 juga memakan korban di kalangan pekerja gereja.
Lebih dari 700 ulama dan lebih dari 200 pekerja gereja di Indonesia meninggal di tengah pandemi
- Dunia Hari Ini: Korea Selatan Membatalkan Darurat Militer
- Dunia Hari Ini: Belgia Memberikan Perlindungan Hak Bagi Pekerja Seks
- Dunia Hari Ini: Mantan Menhan Israel Tuduh Negaranya Ingin Bersihkan Etnis Palestina
- Krisis yang Terabaikan, Kasus Keracunan Metanol di Indonesia Tertinggi se-Dunia
- 'Trump Effect' Bisa jadi Peluang Besar bagi Indonesia, Asalkan
- Dunia Hari Ini: Israel dan Hizbullah Saling Tuduh Melanggar Kesepakatan Gencatan Senjata