Ratusan Ribu Terancam Kelaparan
Loyalis Kadhafi Persulit Bantuan Masuk
Jumat, 25 Maret 2011 – 06:24 WIB
Bantuan-bantuan itu berhasil dibawa dengan truk yang masuk melalui perbatasan Libya-Mesir atau lewat Benghazi yang dikontrol pemberontak. Tapi, bantuan masih sulit masuk ke kota-kota di mana pro-Kadhafi masih kuat. Padahal kebutuhan pangan sangat mendesak karena sudah amat langka. Apalagi selama ini Libya sangat mengandalkan pasokan pangan dari impor.
Kalaupun ada, harganya tak terjangkau warga kebanyakan karena saking mahalnya. Harga tepung, misalnya, mencapai dua kali lipat. Harga beras juga naik hingga 88 persen dan minyak goreng meroket 58 persen. "Kalau kondisinya terus seperti ini, tentu sangat mengkhawatirkan (karena bisa terjadi kelaparan)," tegas Abeer Etefa, juru bicara World Food Program, di perbatasan Mesir-Libya.
Karena itu, lanjut dia, pihaknya berencana melakukan operasi darurat untuk menyuplai makanan kepada sekitar 600 ribu warga sipil di sejumlah kota yang saat ini terancam kelaparan. Seorang pejabat pemerintahan AS juga menuturkan bahwa sekitar 80 ribu warga sipil di Libya saat ini tak punya tempat tinggal atau terusir paksa. "Jumlah riilnya bahkan mungkin bisa lebih tinggi," ungkap si pejabat itu kepada Washington Post.
Laksamana Madya Gerard Hueber, kepala staf Operasi Perjalanan Fajar, menegaskan bahwa pihaknya akan tetap menyerang basis-basis pertahanan Kadhafi di Misrata, Ajdabiya, dan kota-kota lain. Namun, dia mengaku ada kesulitan besar yang menghadang. Yakni, taktik pasukan Kadhafi yang bersembunyi di area padat warga sipil.
MISRATA - Pasukan koalisi terus menyerang, loyalis Muammar Kadhafi terus melawan. Buntut konflik bersenjata yang sulit diprediksi kapan berakhir
BERITA TERKAIT
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan