Ratusan Tentara Mengamuk di Papua

Komandan Yonif Sunat Uang Lauk Pauk

Ratusan Tentara Mengamuk di Papua
Foto: Cenderawasih Pos/JPNN
Bukannya mendengarkan perintah atasan, mereka malah balik melawan sejumlah perwira tersebut. Situasi menjadi makin kacau. Para tentara itu juga memutus jaringan telepon.

Menurut TNI, ULP itu dipotong untuk iuran atau ongkos pengiriman jenazah Pratu Joko ke Nabire, yang meninggal beberapa hari lalu. Perintah dari Komandan Batalyon 751 Sentani Letkol Lambok Sihotang itu tidak memuaskan para prajurit. ''Beberapa hari lalu ada prajurit yang meninggal. Keluarganya minta jenazah dikirim ke Nabire. Teman-temannya juga mau ikut mengantar," kata Zebua.

Karena harus mencarter pesawat dan biayanya mencapai sekitar Rp 90 juta, Lambok meminta anggota menanggung 50 persen. ''Karena sudah sepakat, komandan mengira persoalan sudah selesai," katanya. ''Karena ongkosnya mahal, (jenazah) tidak dikirim. Lalu teman-temannya disuruh patungan 50 persen," kata Zebua.

Namun, Rabu pagi ternyata sejumlah anggota masih mempersoalkan kebijakan itu. Sekitar satu batalyon (1.000 prajurit) berunjuk rasa seusai apel. Melihat gelagat kurang baik itu, Lambok menghindar. Akibatnya, para prajurit yang tidak puas lalu mengamuk dengan melempari batalyon. ''Jadi, anak buahnya mau menanyakan kenapa mereka harus ikut bayar," ungkap Brigjen Zebua.

SENTANI - Ratusan anggota TNI Batalyon 751 Sentani di Jayapura, Provinsi Papua, mengamuk. Mereka dilaporkan nekat memburu perwira dan merampas senjata

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News