Ratusan Warga Menghadiri Sesi Informasi COVID-19 Bagi Warga Multikultural di Australia Selatan
Meski tidak sampai penuh, ruangan tersebut terhitung cukup padat, yang juga dihadiri oleh warga dari berbagai latar belakang ras dan budaya.
Dari informasi yang saya dapatkan, ada 110 orang yang datang di kedua sesi, kebanyakan berasal dari komunitas India, Tiongkok, Thailand, Indonesia, Yunani, Spanyol, dan Nepal.
Berikut beberapa poin informasi yang diberikan Profesor Nicola dan Dr Chris dalam sesi yang berlangsung hampir tiga jam ini.
- Apa kunci keberhasilan Australia Selatan menangani pandemi?
- Kenapa tetap harus jaga protokol kesehatan meski sudah divaksinasi?
- Sampai kapan kita berisiko tertular COVID-19?
- Bolehkan mencampur vaksin?
- Patutkah vaksin diwajibkan?
Apa kunci 'keberhasilan' Australia Selatan menangani COVID-19?
Sejauh ini, Australia Selatan baru menerapkan dua kali 'lockdown' pada 17 November tahun 2020 dan 20 Juli tahun ini.
Dua 'lockdown' di Adelaide juga berlangsung tidak lebih dari seminggu. tidak seperti di Melbourne yang mencetak rekor sebagai kota paling lama yang memberlakukan 'lockdown'.
Hingga hari ini (06/10), negara bagian tersebut mencatat empat kasus COVID-19 aktif, dengan empat kematian sejak awal pandemi.
Sementara untuk vaksinasi, Australia Selatan, setidaknya 70 persen warganya sudah mendapat vaksinasi dosis pertama.
Wakil kepala pejabat kesehatan publik Australia Selatan, Dr Chris Lease, menyebutkan kepemimpinan menjadi salah satu alasan bisa tercapainya semua ini.
Melihat ajakan untuk datang ke sesi informasi dalam bahasa Indonesia, saya tertarik datang untuk tahu apa yang paling ditanyakan warga di Australia Selatan soal vaksin COVID-19
- Sebuah Gelombang Besar yang Menerjang Asia
- Dunia Hari Ini: Kebakaran Hutan Masih Ancam negara Bagian Victoria di Australia
- Dunia Hari Ini: 51 Pria Dijatuhkan Hukuman Atas Kasus Pemerkosaan Prancis
- Anggota Bali Nine Sudah Bebas dan Kembali ke Keluarga Masing-masing
- Dunia Hari Ini: Australia Terbangkan Warganya Keluar Vanuatu
- Pemakai Narkoba di Indonesia Kemungkinan Akan Dikirim ke Rehabilitasi, Bukan Penjara