Ratusan Warga Muslim Rohingya Ditangkap Saat Menghindari Penganiayaan, Ada 22 Anak
Tiga orang Rohingya yang tinggal di negara bagian Rakhine barat Myanmar mengatakan kepada Reuters melalui telepon bahwa mereka mendengar kapal itu menuju Malaysia. Mereka meminta untuk tidak disebutkan namanya karena takut akan aksi balasan.
Selama bertahun-tahun, warga Rohingya di kedua sisi perbatasan telah menggunakan kapal yang disediakan oleh para penyelundup antara November dan Maret, ketika laut tenang.
Perjalanan berbahaya ke Thailand dan Malaysia telah menelan banyak korban jiwa.
Eksodus memuncak pada 2015 ketika sekitar 25.000 orang menyeberangi Laut Andaman, di mana banyak yang tenggelam dalam perahu yang tidak aman dan kelebihan muatan. Meskipun begitu, penyelundupan manusia terus berlanjut.
Myat Thu, asisten direktur kantor administrasi kotapraja Kawthaung, mengatakan belum jelas apakah kelompok yang ditangkap pada Minggu berlayar dari Myanmar atau Bangladesh.
"Sekarang kami menempatkan mereka di sebuah pulau di wilayah Kawthaung, dengan penjaga keamanan," ujar dia kepada Reuters melalui telepon.
"Kami memastikan bahwa semua hak asasi mereka dilindungi," Thu melanjutkan.
Pejabat penjaga pantai Bangladesh Saiful Islam mengatakan kepada Reuters bahwa mereka tidak mengetahui adanya kapal yang meninggalkan kamp ke Myanmar.
Warga kelompok minoritas muslim Rohingya melakukan pelayaran laut berbahaya untuk menghindari penganiayaan.
- Pemkot Pekanbaru Mengalami Kendala Pindahkan 277 Pengungsi Rohingya
- Pengakuan Imigran Rohingya: Bayar Rp 32 Juta untuk Naik Kapal ke Indonesia
- Puluhan Pengungsi Rohingya Dibawa ke Kantor Polres Sukabumi
- Hakim Cecar Ketua Satgas Terkait Kaburnya Etnis Rohingya dari Penampungan
- Semua Imigran Rohingya Melarikan Diri dari Kamp Penampungan di Aceh Barat
- 51 Pengungsi Rohingya Sudah Tiba di Langkat