Rawan, Pilpres Tanpa Tabulasi Nasional
Minggu, 07 Juni 2009 – 07:59 WIB
JAKARTA - Publik hampir dipastikan tak bisa lagi menikmati tabulasi nasional penghitungan suara oleh KPU, seperti saat pemilu legislatif lalu. Kondisi tersebut memancing kekhawatiran baru. Yakni, melemahnya penghitungan suara manual.
Mantan Ketua Pansus RUU Pemilu Ferry Mursyidan Baldan menilai, rencana KPU menghilangkan tabulasi nasional itu akan menjadi ruang bagi sejumlah pihak untuk ''bermain-main'' dengan hasil pilpres. "Peniadaan tabulasi adalah sebuah kemunduran," ujarnya di Jakarta, Sabtu (6/6).
Baca Juga:
Anggota Komisi II DPR dari Golkar itu juga mengatakan heran atas keputusan KPU tersebut. Jika pada pemilihan legislatif dengan peserta -termasuk jumlah caleg- banyak saja bisa dilaksanakan, pada pilpres yang pesertanya lebih sedikit, tabulasi justru ditiadakan. "Solusinya adalah melakukan perbaikan, bukan meniadakan," tambahnya.
Tabulasi nasional yang dilakukan KPU pada pileg lalu sangat lemah dan penuh kekurangan. Hanya kurang dari 10 persen yang bisa ditabulasi. Publik pun marah dan protes.
JAKARTA - Publik hampir dipastikan tak bisa lagi menikmati tabulasi nasional penghitungan suara oleh KPU, seperti saat pemilu legislatif lalu. Kondisi
BERITA TERKAIT
- Geram dengan KPK, Megawati: Siapa yang Memanggil Kamu Hasto?
- Setelah Sengketa Pilpres 2024, MK Bersiap Menyidangkan PHPU Pileg
- Apresiasi Putusan MK, AHY: Pimpinan Hadapi Tekanan dan Beban Luar Biasa
- MK Anggap Tidak Ada Keberpihakan Presiden terhadap Prabowo-Gibran
- KPU Bakal Umumkan Hasil Rekapitulasi Setelah Waktu Berbuka
- KPU Upayakan Rekapitulasi Nasional Rampung Sebelum 20 Maret