Rayakan Revolusi Islam, Warga Iran Nyanyikan Matilah Amerika
jpnn.com, TEHRAN - Kemarahan Amerika Serikat tak membuat pemerintah Iran dan rakyatnya gentar. Keputusan Presiden AS Donald Trump memberlakukan lagi sanksi ekonomi dianggap angin lalu.
Dari Teheran, Presiden Hassan Rouhani menegaskan bahwa Iran akan menghadapi tekanan AS. Dia yakin industri minyak mentah yang menopang perekonomian negara tidak akan hancur gara-gara sanksi.
"Amerika ingin menghentikan perdagangan minyak Iran. Tapi, kami tidak akan menyerah," tegasnya.
Sehari sebelum diberlakukannya sanksi AS itu, Minggu (4/11), ribuan warga Iran turun ke jalan. Mereka memperingati pendudukan Kedubes AS di Teheran pada 1979.
Peristiwa itu menandai lengsernya kekuasaan para syekh yang didukung AS. Iran lantas menjadi Republik Islam sampai sekarang. Karenanya, dunia internasional menyebut rentetan peristiwa itu sebagai Revolusi Islam.
Para demonstran mendendangkan Matilah Amerika di sepanjang jalan. Mereka juga membakar bendera AS.
"Trump tidak akan bisa melukai kami selama masih ada Imam Khameini," ujar Mobina Jari, seorang peserta aksi. (bil/c17/hep)
Kemarahan Amerika Serikat tak membuat pemerintah Iran dan rakyatnya gentar. Minggu (4/11), ribuan demonstran turun ke jalan sambil mendendangkan Matilah Amerika
Redaktur & Reporter : Adil
- Mahasiswa Asing Diminta Kembali ke Amerika Sebelum Pelantikan Donald Trump, Ada Apa?
- Iran Akhirnya Membuka Akses ke WhatsApp dan Google Play
- Trump Berambisi Rampas Terusan Panama, Begini Reaksi China
- Donald Trump Berkuasa Lagi, Jenis Kelamin Bakal Jadi Urusan Negara
- Dunia Hari Ini: Donald Trump Menjadi 'Person of the Year' Majalah Time
- Beginilah Cara Iran Merekrut Warga Israel Jadi Mata-Matanya