Rebutan Harta Warisan, Bantai Ibu dan Adik Kandung

Rebutan Harta Warisan, Bantai Ibu dan Adik Kandung
Rebutan Harta Warisan, Bantai Ibu dan Adik Kandung

jpnn.com - DOLOK MASIHUL-Masih ingat Dorita boru Sianipar (98), janda kaya dan anak gadisnya Parulian boru Siahaan alias Jojor (40) yang dibunuh di rumahnya, Dusun II, Desa Batu XIII, Kec. Dolok Masihul, Sergai, Selasa (24/9) siang lalu?

Ternyata ibu-anak ini sengaja dibantai oleh anak dan kakak kandungnya sendiri. Tumiar boru Siahaan (58) adalah nama permbunuh berdarah dingin itu. Motifnya, rebutan harta warisan.

"Sumpah, bukan aku yang membunuh ibu dan adikku". Kalimat ini yang berulang kali terucap dari mulut Tumiar saat diperiksa di kantor polisi. Ironisnya, meski polisi telah menyita barang bukti uang Rp 17,8 juta dan puluhan gram emas milik korban dari rumahnya, tapi ibu enam anak itu tetap saja menyangkal.

Bahkan, untuk mengelabuhi polisi, ia sempat pura-pura syok dan sedih dengan kematian ibu dan adik kandungnya. Tapi bak pribahasa, sebaik-baiknya menyimpan bangkai, lambat laun baunya pasti tercium juga. Setidaknya kata-kata itu jadi kisah nyata bagi Tumiar. Bagaimana tidak, setelah berusaha mengelak, akhirnya kepandaian beraktingnya terbongkar juga.  
 
Karena terus dicecar pertanyaan seputar barang bukti, Tumiar yang kehabisan ‘kamus’ akhirnya mengakui semua perbuatannya. “Ya, memang aku yang membunuh ibu dan adikku,” katanya dengan nada datar.

Dijelaskan Tumiar, pembunuhan sadis itu tak dilakukannya seorang diri, tapi dibantu oleh keponakannya bernama Dospen Marujan Siahaan alias Guntur (28), warga Komplek Perumahan Perkebunan Sawit PT.Kandista Sari, Kandis, Riau.

Mendengar pengakuan itu, Kamis (26/9) sekira pukul 11.00 WIB, petugas yang bergerak cepat akhirnya berhasil mengamankan Guntur yang tengah berakting sedih di rumah duka.
 
Dikisahkan Tumiar, pembunuhan sadis itu sudah mereka rencanakan sebelumnya. Ia bertugas mengatur strategi, sedang Guntur berperan tuk mengeksekusi kedua korban. “Kami rencanakan pembunuhan itu di rumahku pada Minggu (22/9) malam sekira pukul 22.00 WIB,” ungkap Tumiar sembari tertunduk lesu.

Menurut Tumiar, malam itu Guntur yang baru pulang dari Pekan Baru sengaja datang ke rumahnya. Saat bertemu dengan Tumiar, Guntur langsung menanyakan siapa yang mengelola lahan milik oppungnya (Dorita-red).

"Siapa sekarang yang mengelola lahan oppung raya (panggilan pada Dorita-red)?:  Tanya Guntur kala itu. Mendengar itu, Tumiar lantas menjawab, si Jojor. Mendengar jawaban itu, Guntur sontak meradang. “Kok enak saja dia (Jojor-red) semua yang mengelola lahan itu, kalau gitu kita bunuh saja mereka berdua (Dorita dan Jojor-red),” hardik Guntur yang mulai emosi.
 
Mendengar itu, Tumiar langsung mengamininya. “Terserah kaulah,” katanya. Setelah mendapat persetujuan dari Tumiar, Guntur pun bergegas keluar rumah. Tapi sebelum pergi, ia berjanji akan kembali datang ke rumah Tumiar pada Senin (23/9) sekira pukul 03.00 WIB. Rencananya saat itulah rencana pembunuhan itu direalisasikan.

DOLOK MASIHUL-Masih ingat Dorita boru Sianipar (98), janda kaya dan anak gadisnya Parulian boru Siahaan alias Jojor (40) yang dibunuh di rumahnya,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News