Referendum Kemerdekaan Bougainville dari Papua Nugini Berlangsung Meriah
jpnn.com, BUKA - Referendum kemerdekaan Bougainville dari Papua Nugini digelar hari ini, Sabtu (23/11). Daerah kaya sumber daya alam itu kemungkinan besar akan segera jadi negara merdeka.
Kemeriahan dan antusiasme warga begitu terasa di pulau bagian timur Papua Nugini tersebut. Warga setempat memang sudah berpuluh-puluh tahun menantikan kemerdekaan dan akhir dari konflik dengan Papua Nugini.
Konflik bersenjata antara pemerintah Papua Nugini dengan pemberontak Bougainville terjadi pada 1988-1997. Sekitar 20 ribu nyawa melayang akibat perang tersebut.
Pada 1998, kedua pihak menyepakati gencatan senjata yang bertahan sampai sekarang. Referendum hari ini merupakan bagian dari kesepakatan tersebut.
"Bougainville telah melalui perjalanan panjang," ujar Presiden Bougainville John Momis sebelum memasukkan surat suaranya ke dalam kotak.
Momis jadi orang pertama yang menggunakan hak suaranya dalam referendum ini. Kedatangannya di tempat pemungutan suara disambut musik dan warga yang bernyanyi serta menari gembira.
Reuters melaporkan, lebih dari 200 ribu orang terdaftar sebagai pemilih. Sebagian besar dari mereka terlihat datang ke tempat pemilihan membawa bendera Bougainville.
Pemungutan suara akan terus dibuka hingga 7 Desember mendatang. Hasilnya akan menentukan apakah Bougainville menjadi negara merdeka atau tetap bersama Papua Nugini sebagai wilayah otonomi khusus.
Referendum kemerdekaan Bougainville dari Papua Nugini digelar hari ini, Sabtu (23/11). Daerah kaya sumber daya alam itu kemungkinan besar akan segera jadi negara merdeka.
- Pengelolaan Perbatasan RI-PNG Jadi Sorotan Utama di Sidang ke 38 JBC
- Selundupkan 20 Kilogram Ganja ke Keerom Papua, 2 WNI dan 3 Warga Papua Nugini Ditangkap
- Indonesia Pasok Listrik ke Papua Nugini, Sudah Bisa Dinikmati
- Lagi Mengajar, 3 Guru SD Asal Papua Nyaris Ditangkap Tentara PNG
- Pemerintah Papua Nugini Mengerahkan Pasukan Militer ke Tambang Emas Porgera
- 2 Warga Papua Nugini Ditangkap, Kasusnya Berat