Referendum Penuh Darah, Catalunya Makin Yakin Pisah
jpnn.com, BARCELONA - Elisa Arouca begitu shock saat polisi menyeret dan memaksanya pergi dari Estel School, Barcelona, Catalunya, Spanyol. Kemarin (1/10) dia ingin memberikan suara dalam referendum Catalunya.
Namun, polisi membubarkan mereka dengan kasar. Ironisnya: Arouca mendukung Catalunya tetap bersatu dengan Spanyol.
’’Perbuatan pemerintah Spanyol membuat saya berubah pikiran,’’ ujar Arouca. Dia melihat polisi merusak pintu masuk sekolah secara brutal dengan menggunakan tongkat dan memaksa membubarkan massa. ’’Polisi memperlakukan kami seperti kriminal,’’ katanya.
Arouca akhirnya mencari tempat pemungutan suara (TPS) lain yang masih buka dan memberikan suaranya. Dia benar-benar berubah haluan mendukung Catalunya merdeka.
Referendum Catalunya memang tidak berjalan mulus. Bentrokan terjadi di mana-mana. Polisi berusaha keras menghalangi penduduk yang ingin memberikan hak suaranya.
Mereka menggunakan peluru karet untuk menyerang para demonstran yang ingin referendum tetap berlangsung. Massa tetap berkumpul sambil menyanyikan lagu kebangsaan Catalunya. Imbasnya, 337 orang mengalami luka-luka.
Jumlah tersebut bisa terus naik karena kericuhan masih terjadi di beberapa titik. Pemerintah Catalunya meminta penduduk yang terluka mengajukan komplain kepada Departemen Kepolisian Spanyol.
Madrid (pemerintah Spanyol) memang telah mengerahkan ribuan polisi tambahan untuk menghalangi referendum Catalunya. Jauh hari sebelumnya mereka mengamankan ribuan balot, kotak balot, dan berbagai atribut kampanye referendum.
Referendum Catalunya tak berjalan mulus, bentrokan terjadi di mana-mana
- Hasil UEFA Nations League: Portugal & Spanyol Melaju ke Perempat Final
- Hasil Liga Spanyol: Barcelona Tumbang di Markas Real Sociedad
- Hasil Liga Champions: Barcelona Kian Melayang, Atletico Madrid Menang Dramatis
- Barcelona jadi Lokasi Seri Terakhir MotoGP 2024, Ini Sebabnya
- Barcelona Kebanjiran, Seri Terakhir MotoGP 2024 Belum Jelas
- Lamine Yamal Meraih Kopa Trophy 2024