Refleksi Sistem Pendidikan dan Tantangan Melahirkan Generasi Pemimpin Masa Depan

Oleh: Agus Widjajanto - Pemerhati Sosial Budaya, politik dan Hukum

Refleksi Sistem Pendidikan dan Tantangan Melahirkan Generasi Pemimpin Masa Depan
Pemerhati sosial dan politik Agus Widjajanto. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com - Sungguh mengejutkan pemberitaan tentang Pemerintah Swedia menganggarkan Rp 1,7 triliun untuk mengembalikan sistem pendidikan dari komputer ke buku cetak (Kompas com, 17 Januari 2025).

Pemerintah Swedia memutuskan untuk mengubah sistem pendidikan dengan kembali menggunakan buku-buku cetak sebagai media pembelajaran dalam sistem pendidikanya.

Keputusan ini dilakukan evaluasi setelah 15 tahun lamanya sistem pendidikan di Swedia menggunakan perangkat digital seperti komputer dan tablet.

Bahwa pada awalnya, Swedia optimis bahwa penggunaan perangkat digital bisa membantu siswa, tetapi ternyata justru siswa telah kehilangan kemampuan dan keinginan  membaca dan tata cara menulis dengan baik dan bagus serta pendalaman materi yang turun drastis  Perangkat digital kurangi fokus siswa meski menghadapi kegagalan transisi pendidikan yang nyata, Swedia masih mempertahankan peringkat tinggi dalam standar pendidikan global.

Namun, jika dibandingkan negara lainnya, keterampilan siswa di Swedia mengalami penurunan.

Data dari Studi Kemajuan dalam Literasi Membaca Internasional (PIRLS) menunjukkan bahwa keterampilan siswa di Swedia terus menurun pada 2016-2021.

Pada 2021, siswa kelas 4 di Swedia memperoleh rata-rata 544 poin, turun dari rata-rata 555 di tahun 2016.

Di tahun yang sama, Singapura menduduki peringkat teratas dengan skor PIRLS 587 dari yang sebelumnya 576.

Pendidikan adalah sebuah usaha kebudayaan yang bertujuan untuk menuntun pertumbuhan jiwa & raga anak. Pendidikan merupakan media melahirkan generasi berakhlak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News