Refleksi Sistem Pendidikan dan Tantangan Melahirkan Generasi Pemimpin Masa Depan

Oleh: Agus Widjajanto - Pemerhati Sosial Budaya, politik dan Hukum

Refleksi Sistem Pendidikan dan Tantangan Melahirkan Generasi Pemimpin Masa Depan
Pemerhati sosial dan politik Agus Widjajanto. Foto: Dokumentasi pribadi

Bahwa negara ini dibentuk dari awal adalah sebagai negara kesatuan berbentuk Republik yang menyatukan segala perbedaan baik agama, suku, ras, budaya, adat istiadat bahasa, menjadi satu tujuan berdirinya negara Republik Indonesia yang berdasarkan sistem perwakilan sesuai sila ke empat dari Pancasila.

Selain itu, sistem ekonomi kerakyatan secara gotong royong dengan dasar dan falsafah serta pandangan hidup bangsa, yakni Pancasila.

Bukan negara liberal yang berorientasi sistem kapitalis. Juga bukan negara sosialis dengan Sistem ekonominya sosialis, tetapi sebuah negara dengan konsep ketatanegaraan ala Indonesia yang dengan konsep ekonomi kerakyatan dengan cara gotong royong diilhami dari nilai nilai luhur para leluhur zaman dahulu yang lalu dikonsep ulang oleh para pendiri bangsa dan nenek moyang bangsa ini.

Bukan pula negara agama, akan tetapi negara yang melindungi segenap umat beragama dalam menjalankan ibadahnya.

Dan, ini merupakan tanggung jawab kita bersama, seluruh elemen bangsa. Dan, harus merefleksi diri kita bahwa kita telah gagal dalam menghantarkan para calon calon pemimpin  bangsa pada proses pendidikan pada kawah Candradimuka di bidang pendidikan, yang dimulai dari pendidikan dasar, pendidikan pada tingkat menengah atas hingga perguruan tinggi, yang melahirkan para anak bangsa yang telah menjabat dari berbagai strata dengan kondisi korupsi yang masif dari berbagai lini, walau dibentuk antikorupsi seperti KPK tidak bisa berbuat banyak, justru korupsi terbesar dibongkar oleh Kejaksaan Agung.

Hal ini sungguh memprihatinkan dengan dana APBN yang begitu besar baik untuk penindakan maupun untuk upaya Pencegahan, tetapi yang ada korupsi justru terjadi secara masif jadi budaya jabatan dan kepentingan.

Mungkin benar oleh Pujangga Raden Ngabehi Ronggo Warsito bilang, ini zaman edan atau zaman kolo bendu, Yen ora edan ora keduman (kalau tidak ikut berbuat menyimpang tidak dapat hidup), yang digambarkan sebagai periode konflik dan permusuhan antara berbagai komponen bangsa, yang dipicu oleh manipulasi dalang (Invisible Hand) yang tidak terlihat yang mengendalikan peristiwa dibalik layar.

Maka tiada kata yang tepat, sebelum kita tersesat jauh dan terlambat dimana bangsa ini  telah kehilangan jati diri dan ruhnya ke-Indonesiaan.

Pendidikan adalah sebuah usaha kebudayaan yang bertujuan untuk menuntun pertumbuhan jiwa & raga anak. Pendidikan merupakan media melahirkan generasi berakhlak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News