Rekam Jejak Dulmatin di Mata Orang-Orang yang Mengenalnya

Ke Sawah Selalu Bawa Alquran, Sering Berlatih Menembak

Rekam Jejak Dulmatin di Mata Orang-Orang yang Mengenalnya
Foto : Iwan TW/INDO POS/JPNN
   

Perbedaan pandangan soal jihad inilah yang kemudian membuat Dulmatin mengambil langkah berbeda di Filipina. Ketika Kamp Abu Bakar hancur, dan satu-satunya kamp orang Indonesia di kawasan Liguasan Marsh, Mindanao, hendak "diusir" oleh pihak MILF, sikapnya berbeda. Bila teman-teman lain memutuskan untuk pulang, atau tetap di sana dengan alasan berlatih saja, berbeda dengan Dulmatin. Akhirnya, dia berseberangan sikap dengan Ali Fauzi (yang memilih balik Indonesia) dan Umar Patek (yang masih buron).

   

Bersama seseorang bernama Jundi alias Yusuf, dia meninggalkan Liguasan Marsh dan menuju Basilan, sarangnya kelompok Abu Sayyaf. Yang terakhir ini merupakan salah satu kelompok di Asia Tenggara yang jelas-jelas menyatakan afiliasinya dengan Al Qaidah. Dulmatin alias Zaid Ali sempat tertembak di Jolo, Basilan, pada 15 Januari 2007, meski kemudian tetap lolos.

   

Di kalangan teman-temannya, Dulmatin mempunyai spesialisasi sebagai pembuat firing device (detonator peledak). "Sangat andal. Bermacam-macam firing device bisa dibuatnya, dengan alat-alat yang sederhana," urainya. Sementara, yang ahli dalam memuat isi bom adalah Umar Patek. Nama terakhir ini sanggup membuat bom kimia, mencampurkannya, dan kemudian membuat bom yang sangat mematikan.

       

   

Jauh sebelum terlibat dalam jaringan teroris, Dulmatin dikenal sebagai pribadi yang militan. Ketika di sawah, tak segan-segan dia mengingatkan teman-temannya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News