Relawan Paul

Oleh: Dahlan Iskan

Relawan Paul
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Lantas diketahui lagi kekurangan yang lain: instrumen bedah jantungnya tidak ada. Mesinnya lengkap tetapi tanpa instrumen.

Paul ambil putusan: pinjam instrumen dari RS Sanglah, Denpasar. Toh, tim yang akan melakukan operasi pertama ini dari Sanglah. Dokternya, anestesinya, perawat khususnya. Total 15 orang diterbangkan dari Sanglah.

Paul sendiri punya instrumen milik pribadi. Dia bawa alat-alatnya itu. Untuk jaga-jaga. Sebagai cadangan.

Paul menjadi pimpinan dan mentor di tim itu. Sebagian adalah mahasiswanya dulu. Yang pegang pisau: dokter ahli bedah jantung Sanglah. Dia masih muda: Dr Komang Adhi.

Mereka harus tiba di Kupang tiga hari sebelum hari operasi. Harus ada geladi resik berkali-kali. Geladi resiknya harus seperti sungguh-sungguh. Tidak boleh dianggap sudah hafal.

Setelah semua lancar, fokus berikutnya ke pasien: ternyata terlalu sulit diatasi. Dua katup jantungnya rusak bersamaan. Tingkat kegagalannya sangat tinggi, padahal ini operasi pertama. Harus berhasil.

Kegagalan berarti gagal segala-galanya: RS-nya, tim dokternya, menteri kesehatannya, sampai program pembangunan RSV-nya.

"Direktur RS ini, Pak Dr Annas Achmad, sudah diancam. Begitu operasi pertama ini gagal langsung dipecat," ujar Paul.

Operasi jantung pertama di Kupang hampir saja batal. Penyebabnya tiga sekaligus: rumah sakit yang baru itu ternyata masih kurang memenuhi syarat.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News