Relawan Tahalele

Oleh: Dahlan Iskan

Relawan Tahalele
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Rumah sakit besar sudah telanjur jadi. Peralatan sudah telanjur dibeli. Program ini seperti kelihatan dipaksakan. Untuk maju kadang memang perlu pemaksaan. Pemaksaan sering membuat kejengkelan.

Akhirnya menkes menemukan akal: mencari relawan ahli. Mereka dijadikan pengampu khusus operasi bedah jantung.

Satu pengampu untuk delapan rumah sakit. Agar alat yang dibeli tidak menua karatan.

Salah satu relawan ahli itu: Prof Dr Paul Tahalele. Sahabat lama. Sesama Bonek Karatan --sebutan untuk penggila Persebaya sampai hari kiamat. Ia orang Ambon, kelahiran Lombok, lulusan fakultas kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

Paul Tahalele sudah tergolong "ayatullah" untuk urusan bedah jantung di Indonesia. Usianya sudah 77 tahun tapi terlihat lebih muda dari saya --mungkin karena ia punya grup band D'Professor. Hobinya memang sepak bola dan menyanyi.

Di usia itu kini Paul Tahalele harus terbang ke sana ke mari. Tidak dibayar. Hanya dibelikan tiket dan disediakan penginapan. Ke Kupang. Ke Tarakan. Ke Ambon. RSV Kupang berada di bawah pengampuannya. Pun RSUD Tarakan. Masih ada RSUD Ambon, Sulbar, Gorontalo, Palu, Papua, dan Maluku Utara.

Tentu pemerintah beruntung menemukan relawan yang mau mengampu RS di Indonesia Timur. Paul sendiri dari sana. Biasa melihat kemiskinan dan kekurangan. Itu pula yang membuatnya jadi jagoan.

Paul pernah melakukan operasi jantung hampir tanpa alat di Papua. Pengalaman itu sudah ia bukukan. Satu dari 25 buku yang ia tulis tentang itu.

Anda sudah bisa operasi jantung di Kupang, NTT. Juga bisa pilih di Tarakan, Kaltara. Kemustahilan itu sudah jadi kenyataan.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News