Remaja Kristen Australia Soal Seks: Cintai Pendosa, Benci Dosanya
Bagi Miriam, seorang mahasiswa berusia 27 tahun, membuka diri sebagai seorang Kristen sekaligus 'queer' adalah tantangan tersendiri.
Miriam dibesarkan dalam tradisi Katolik dan Protestan dan, di awal usia 20-an, menghabiskan tiga tahun di Hillsong College.
"Segala budaya berasumsi bahwa kami heteronormatif dan heteroseksual," katanya.
"Bahkan isi percakapan kami, seputar pertanyaan para gadis tentang pria yang disukai ... dan itu semua hanya asumsi."
Tekanan untuk menyesuaikan diri membuatnya sulit mempertanyakan seksualitasnya, apalagi menyuarakan perasaannya. Tapi itu bukan satu-satunya kendala.
Photo: Miriam mengatakan bahwa bagi banyak penganut Kristen, terdapat rasa malu dan bersalah tidak sehat terhadap perilaku seks di luar nikah. (ABC RN: Teresa Tan)
Tumbuh sebagai seorang Kristen, Miriam berkata bahwa dunia LGBTQIA + telah ditampilkan kepadanya sebagai komunitas yang hiperseksual.
"Ini menciptakan sedikit keraguan dalam diri saya, untuk benar-benar menerima diri saya sendiri, karena ini bukan diri saya yang sebenarnya," katanya.
Seks adalah sebuah topik yang rumit untuk dibicarakan bagi Rosario, seorang perempuan Australia berumur 25 tahun
- Ada Sejumlah Alasan Indonesia Menaikkan PPN, tetapi Apakah Sudah Tepat?
- Usia Penonton Konten Pornografi di Australia Semakin Muda
- Dunia Hari Ini: Israel Menyetujui Gencatan Senjata Dengan Hizbullah
- Siapa Saja Bali Nine, yang Akan Dipindahkan ke penjara Australia?
- Dunia Hari Ini: Menang Pilpres, Donald Trump Lolos dari Jerat Hukum
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata