Rendah, Penerjemahan Karya Sastra
Jumat, 20 Mei 2011 – 07:10 WIB
JAKARTA - Karya sastra Indonesia banyak bertebaran dengan jumlah penulis produktif yang cukup melimpah. Soal kualitas, karya sastra lokal tak kalah dengan karya sastra negara tetangga. Itu bisa dibuktikan dari sejumlah karya penulis Indonesia yang diganjar penghargaan dari dalam maupun luar negeri. Sayangnya, kualitas dari karya-karya sastra yang baik itu belum bergaung di panggung dunia. Peluncuran seri yang digagas Yayasan Lontar bekerja sama dengan Djarum Foundation tersebut saat ini telah mencakup sepuluh judul pertama. Di antaranya Telegram karya Putu Wijaya, Supernova, karya Dewi Lestari, Never the Twain (Salah Asuhan) karya Abdoel Moeis, The Pilgrim (Ziarah) karya Iwan Simatupang dan Shackles (Belenggu) karya Armijn Pan "Dalam kurun tiga hingga lima tahun mendatang diharapkan terbit 50 judul agar dunia dapat mengenal dan mendokumentasikan sejarah perkembangan masyarakat Indonesia melalui sastra," ujar John McGlynn, penyunting seri Modern Library.
Apa kendalanya? Salah satunya karena tak banyak karya sastra lokal yang diterjemahkan dalam bahasa asing, terutama dalam bahasa Inggris sehingga tak banyak dibaca oleh masyarakat dunia. Problematika sastra Indonesia tersebut merupakan pembahasan dalam diskusi Kebangkitan Sastra Indonesia di Panggung Dunia yang digelar Kamis (19/5), di Canteen Plaza Indonesia. Putu Wijaya, Dewi Lestari, John McGlynn, dan Mira Lesmana didapuk sebagai pembicara dalam kegiatan itu dengan Tina Talisa sebagai moderator.
Baca Juga:
Selain diskusi, acara tersebut sekaligus menjadi ajang peluncuran Seri Modern Library of Indonesia. Seri tersebut merupakan karya-karya sastra Indonesia yang telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Karya tersebut merupakan karya sastra lokal yang dianggap penting serta berharga dalam menyuarakan zamannya, dimulai dari periode awal sastra Indonesia yang dianggap modern, yaitu tahun 1920-an hingga karya sastra terkini.
Baca Juga:
JAKARTA - Karya sastra Indonesia banyak bertebaran dengan jumlah penulis produktif yang cukup melimpah. Soal kualitas, karya sastra lokal tak kalah
BERITA TERKAIT
- BAZNAS Raih Prestasi Gemilang di BPKH Award 2024
- Pra MLB NU Soroti Jabatan Gus Ipul di PBNU
- BNN Jaksel Gencarkan Pencegahan Narkoba Menjelang Nataru
- Otto Hasibuan: Wadah Tunggal Masih jadi Tantangan bagi Peradi
- Mendes Yandri Ajak Kader Muhammadiyah Bersinergi Memajukan Seluruh Desa di Indonesia
- PBH Peradi: Penerima Probono Bukan Hanya Warga Miskin