Renovasi Rumah

Oleh: Dahlan Iskan

Renovasi Rumah
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Itu kalau renovasinya sukses. Ada renovasi rumah yang memakan waktu sampai tiga tahun. Masa jabatan pun keburu habis, bahkan ada renovasi yang berhenti di tengah jalan: kehabisan biaya. Atau bertengkar dengan kontraktornya.

Baca Juga:

Para petani Amerika bisa tergolong yang waswas. Sejak perang dagang dengan Tiongkok banyak petani sudah di ambang bangkrut. Harga hasil pertanian jatuh. Tiongkok lebih memilih impor kedelai dari Brasil.

Waini, "rumah" para petani itu harus direnovasi. Yang merenovasi Trump. Mereka tidak menanggung biaya renovasi tetapi merasakan ketidaknyamanannya, apalagi kalau di tengah renovasi kelak, terjadi perkembangan baru: renovasi berhenti sebelum selesai.

Di industri besar, yang terjadi bukan renovasi. Mereka seperti akan membangun rumah baru. Sangat besar. Sangat mahal, padahal mereka sudah punya rumah yang lama yang tidak jelek.

Untuk membangun "rumah" baru seperti itu mereka akan berhitung lebih panjang. Terutama dampak jangka panjangnya.

Trump memang selalu membanggakan arus masuk investasi baru ke Amerika. Dari Hyundai, Honda, Apple, Chips, dari Taiwan, dan banyak lagi. Bertriliun-triliun dolar. Mereka akan membangun pabrik-pabrik raksasa di Amerika.

Trump mengatakan mereka akan sangat bahagia karena tidak perlu lagi membayar bea masuk.

Akan tetapi "kepastian jangka panjang" akan menjadi dasar perhitungan mereka. Sebelum benar-benar membangun pabrik mereka akan melakukan kajian: apakah kebijakan tarif impor tinggi itu akan permanen. Atau suatu saat akan berubah.

Trump memang selalu membanggakan arus masuk investasi baru ke Amerika. Dari Hyundai, Honda, Apple, Chips, dari Taiwan dan banyak lagi. Bertriliun-triliun dolar.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News