Repotnya Mengikuti Forum Kelas Dunia di Kota Kecil Davos
McD pun Tak Ada, Terpaksa Diganjal Indomie
Selasa, 25 Januari 2011 – 08:08 WIB
WEF makin terkenal ketika awal 1980-an berhasil mempertemukan Nelson Mandela dan F.W. De Klerk yang sukses menyudahi konflik di Afrika Selatan serta menghindarkan pertumpahan darah yang tidak perlu.
WEF akhirnya menjadi pertemuan yang sangat bergengsi. Bisa dikatakan, tokoh pemerintahan atau swasta yang diundang ke WEF diakui sebagai tokoh penting kelas dunia.
Bagi kalangan swasta, ketentuan menjadi anggota WEF sangat berat. Dari Indonesia, ada beberapa perusahaan yang sudah menjadi member. Misalnya, Lippo Group. Untuk itu, perusahaan harus membayar biaya tahunan CHF 42.500 atau lebih dari Rp 400 juta dan biaya annual meeting CHF 18.000 atau lebih dari Rp 170 juta. Bahkan, sejumlah perusahaan yang berminat menjadi sponsor acara atau strategic partner harus menyumbang minimal sekitar Rp 2,36 miliar (CHF 250.000) sampai CHF 500.000. Pokoknya, WEF adalah forum yang memerlukan uang banyak.
Indonesia yang menjadi salah satu anggota G-20 dan ketua ASEAN dianggap sebagai negara yang cukup penting, apalagi pertumbuhan ekonominya terbaik di kawasan itu. Tidak heran, cukup banyak tokoh dunia yang antre meminta bertemu Presiden SBY. Di antaranya, Sekjen PBB Ban Ki-moon, Presiden Prancis Nicholas Sarkozy, serta PM Inggris David Cameron.
Presiden SBY akan menghadiri World Economic Forum (WEF) di Davos yang berlangsung mulai besok hingga 29 Januari mendatang. Bagaimana kondisi kota
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara