Repotnya Mengikuti Forum Kelas Dunia di Kota Kecil Davos
McD pun Tak Ada, Terpaksa Diganjal Indomie
Selasa, 25 Januari 2011 – 08:08 WIB
Kehadiran Presiden Indonesia setelah hampir 10 tahun lalu (Gus Dur pernah hadir pada 2000, tapi saat itu situasi ekonomi di tanah air belum membaik) saat ini membawa optimisme begitu besar. Para peserta WEF mengharapkan Indonesia memerankan posisi yang lebih penting dalam ekonomi dunia.
Bukan hanya mahalnya ongkos yang bikin repot. Lantaran kotanya sangat kecil dan fasilitasnya terbatas, mereka yang hanya berperan sebagai tim pendukung juga sangat repot. Untuk makan saja, repotnya bukan main. Dalam catatan saya, hanya ada dua restoran Tiongkok dan tidak ada restoran makanan Asia lainnya.
Memang ada beberapa restoran Eropa atau Amerika. Tapi, jumlah dan daya tampung seat-nya juga sangat terbatas. Karena itu, sudah menjadi kebiasaan, jika ada pejabat Indonesia yang mengikuti acara WEF, petugas KBRI harus sudah siap dengan berbagai persoalan logistik. Misalnya, Indomie atau mi instan merek lainnya harus selalu tersedia. Demikian juga teh celup atau kopi yang sekadar untuk dipakai sendiri.
Davos, khususnya kawasan sekitar Kongres Zentrum, hari-hari ini akan penuh sesak dengan manusia. Diperkirakan, pada waktu puncak, lebih dari 10 ribu orang menjejali tempat acara yang luasnya hanya setara dengan Hotel Hilton Jakarta (kini The Sultan) itu. Wajar jika saat jalan peserta sering bertabrakan dengan pejalan kaki lain di dalam ruangan atau jatuh terpeleset salju jika di luar ruangan yang sangat dingin. (c5/el)
Presiden SBY akan menghadiri World Economic Forum (WEF) di Davos yang berlangsung mulai besok hingga 29 Januari mendatang. Bagaimana kondisi kota
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara