Reputasi Kita dari Musibah
Oleh: Rhenald Kasali*
jpnn.com - RASA duka kita atas musibah yang menimpa pesawat AirAsia QZ8501 belum terbayar kendati banyak pesta malam pergantian tahun yang telah diubah menjadi semacam renungan dan doa. Duka masih kita rasakan menyaksikan keluarga yang ditinggal dalam kepedihan. Apalagi, mereka semua berangkat dalam suasana gembira, menyambut hari libur. Saya berdoa semoga keluarga yang ditinggalkan kuat dalam menghadapi cobaan ini.
Di sisi lain, saya juga mengapresiasi leadership dan kerja tim SAR, Polri, Kementerian Perhubungan, BUMN, jajaran TNI, dan peran masyarakat di bawah komando Basarnas. Berkat manajemen yang baik, hanya dalam tempo dua hari, lokasinya berhasil ditemukan. Ini ibarat PSSI tiba-tiba muncul jadi juara Asia.
Sebagian di antara kita mungkin tidak percaya, persis seperti anggota DPR yang mengancam akan mem-panja-kan pemerintah (saya kira kini politikus yang enteng bicara itu harus merasa malu atas ucapannya). Tapi, sebagian dari kita sadar, sejak dulu kita gagal kalau kurang bersatu, maka ketika kita solid, banyak yang bisa kita menangkan.
Apa yang bisa kita petik dari kasus ini?
Perhatian Dunia
Sejak dulu Indonesia selalu dikenal sebagai negeri dengan taburan berlian di garis khatulistiwa. Laut kita kaya; tanah kita subur; pemandangannya indah. Tidak banyak yang menyebut negeri kita sebagai negeri rawan bencana. Padahal, kita berada di kawasan ring of fire. Di bawah perut bumi kita, lahar selalu bergolak yang menggeser posisi bebatuan. Akibatnya, kita rawan gempa dan tanah longsor.
Diberi kekayaan berlimpah, sebuah bangsa bisa menjadi manja sehingga hidup dalam kutukan kemiskinan (bahkan ini ada teorinya). Sebaliknya, ditempa bencana besar bertubi-tubi sesungguhnya bisa menjadikan kita bangsa yang tanggap, tahan uji, dan gesit bertindak. Sebab, bila tidak, kita akan punah.
Demikianlah, sebagai negeri bahari, laut kita luas, tempat bertemunya dua samudra. Kadang ramah, tapi sering juga tidak bersahabat dengan ombak tinggi. Kita juga mesti siaga terhadap tsunami. Curah hujan di negara kita juga tinggi sehingga setiap tahun banjir selalu mengancam. Sudah begitu, penduduk kita tumbuh cepat sekali sehingga berebut tempat memorak-porandakan tanggul-tanggul alam.
Itu sebabnya, kita harus selalu siaga dengan bencana. Dan setiap terjadi bencana di sini selalu menjadi perhatian dunia karena yang menjadi korban selalu banyak, bahkan kita berada dalam lima teratas dunia. Alam ini sungguh mengganggu transportasi dan keamanan manusia. Debu gunung saja bisa membatalkan banyak skedul penerbangan. Apalagi angin dan awan yang menggumpal.
Hilangnya pesawat AirAsia dan proses evakuasinya telah menjadi breaking news di media utama dunia seperti CNN, BBC, atau Al Jazeera. Di media sosial, tagar #QZ8501 juga menjadi trending topic dunia. Mereka yang prihatin atas musibah tersebut juga membuat tagar #prayforQZ8501.
RASA duka kita atas musibah yang menimpa pesawat AirAsia QZ8501 belum terbayar kendati banyak pesta malam pergantian tahun yang telah diubah menjadi
- Migrants Day 2024, Menakar Urgensi Pendidikan Tinggi bagi Pekerja Migran Indonesia
- Sidang Adat di Balai Panjang Tanah Periuk Jambi Selalu Terjaga hingga Kini
- Catatan Politik Senayan: Penegakan Hukum yang Tidak Melecehkan Rasa Keadilan
- Bantu Rakyat ala Helmi Hasan
- Mengurai Solusi Kekerasan Seksual Anak
- Brengkes Ikan, Cara Perempuan Menyangga Kebudayaan