Respon Kebijakan Pemerintah Cepat, Ekonomi Nasional Membaik
jpnn.com - JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal bulan Oktober ini mengumumkan terjadinya deflasi sebesar 0,35% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 145,74 sepanjang bulan September 2013, dan surplus perdagangan sebesar 132,4 juta dollar AS atau meningkat dibanding neraca bulan Juli 2013 yang mencatat defisit sebesar 2,31 miliar dollar AS.
Hal tersebut merupakan sinyal positif untuk terus meningkatkan daya tahan ekonomi nasional di tengah gejolak.
Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah memaparkan keberhasilan tersebut tidak lepas dari peran pemerintah.
"Respon kebijakan yang cepat (quick policy responses) dan koordinasi kebijakan lintas sektor merupakan faktor kunci agar mitigasi risiko yang lebih dalam dapat diredam semaksimal mungkin. Padahal ketidakpastian global disertai gejolak pasar keuangan global serta volatilitas komoditas dunia telah mengancam hampir sebagain besar negara berkembang termasuk Indonesia.," kata Firmanzah di Jakarta, kemarin (14/10).
Menurut Firmanzah, pemerintah terus menjaga dan mengendalikan inflasi melalui pengendalian harga dan menjaga keseimbangan pasok-permintaan untuk memastikan inflasi terjaga. Karena itu, sentimen positif kinerja inflasi dan perdagangan sebagaimana diumumkan BPS akan dijadikan penambah daya dorong untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkualitas.
Di samping itu, perkembangan harga sejumlah komoditas kebutuhan pokok khususnya yang berdampak langsung terhadap kelompok masyarakat miskin, juga terus dipantau. "Komitmen pengentasan kemiskinan dan upaya memberi kesejahteraan seluas-luasnya bagi masyarakat diharapkan dapat terus ditingkatkan di masa mendatang," ujarnya.
Guru Besar Universitas Indonesia itu menuturkan pemerintah juga terus focus pada penerapan kebijakan "keep buying strategy" (strategi terus membeli). Kebijakan tersebut ditujukan untuk menjaga dan mendorong tingkat konsumsi masyarakat juga terus dilakukan dalam menjaga pertumbuhan positif di samping mendorong investasi khususnya di sektor infrastruktur.
Dengan kombinasi dan koordinasi kebijakan sebagai respon cepat yang diambil dalam beberapa waktu terakhir, lanjut Firmanzah, diharapkan dapat memberi efek dorong yang lebih besar dalam beberapa bulan ke depan. "Kita optimistis pada akhir 2013, pertumbuhan ekonomi yang positif dapat diwujudkan di kisaran 5,7 persen hingga 5,9 persen," katanya.
Menyoal empat kebijakan ekonomi yang diluncurkan pemerintah pada Agustus lalu, Firmanzah menyatakan, terjadinya deflasi dan surplus perdagangan sebagaimana disampaikan BPS, merupakan bukti keberhasilan paket tersebut.
Dia menjelaskan, paket kebijakan yang diarahkan untuk menjaga pertumbuhan positif dan mendorong daya beli masyarkat, dilakukan dengan membenahi tata niaga dan pengadaan beberapa komoditas strategis penyumbang inflasi. Misalnya untuk daging sapi, Pemerintah memutuskan tidak menggunakan kuota tapi dengan mekanisme perlindungan harga petani.
"Paskakelangkaan dan melonjakknya harga daging sapi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mengsitruksikan agar pasokan ditambah secepat mungkin sehingga harga dapat ditekan. Langkah serupa dilakukan pemerintah dalam mengatasi kelangkaan komoditas lainnya yang berdampak langsung pada kebutuhan hidup masyarakat,"imbuhnya. (ken)
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal bulan Oktober ini mengumumkan terjadinya deflasi sebesar 0,35% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- UMKM Stable Shoescare Perkuat Posisi di Industri Perawatan Fesyen Item
- Bank Indonesia dibimbing.id Kolaborasi Melatih 300 Mahasiwa Mahir Digital Marketing
- Harga Emas Antam Hari Ini 26 November Merosot, Berikut Daftarnya
- Sempat Turun, Saham Telkom Diprediksi Memiliki Prospek Bagus
- Seusai Minyak Goreng, Harga Cabai Rawit hingga Bawang Merah Naik
- Aplikasi Pemesanan AirAsia jadi yang Terbaik versi World Travel Tech Awards 2024