Respons Hidung

Oleh: Dahlan Iskan

Respons Hidung
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Konsentrasi kurang dari itu (hipotonis) berpotensi merusak selaput lendir (hidung). Konsentrasi lebih dari itu (hipertonis) berpotensi merusak selaput lendir secara reversible (sementara). Bisa juga irreversible (permanen) seiring dengan meningkatnya konsentrasi.

”Penggunaan cuci hidung seperti itu juga telah dipakai di dunia medis,” tulis dr Budi.

Itu didukung banyak penelitian ilmiah. Itu bagian dari upaya menjaga kesehatan hidung dari penyakit-penyakit flu, infeksi saluran napas atas, dan sebangsanya.

”Pasien sinusitis yang menderita alergi hidung atau pascaoperasi hidung juga memakai cara itu,” tulis dr Budi.

Itu, katanya, telah bertahun-tahun dijalankan. Bukan baru dalam dua tahun terakhir.

Menurut dr Budi, pasien Covid-19 bisa diasumsikan mendapat manfaat dari pola hidup sehat tersebut.

”Namun, hingga saat ini, WHO belum menyatakan bahwa penggunaan cuci hidung dengan larutan garam fisiologis dapat menyembuhkan infeksi Covid-19,” katanya.

Semua komentar dr Budi itu dibenarkan drh Indro, si ”penemu” Protokol Rakyat.

Hingga saat ini, rumus protokol rakyat itu sudah membantu jutaan orang terhindar dari stigma positif pembawa penyakit.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News