Rest in Peace, Steve Jobs
Jumat, 07 Oktober 2011 – 06:36 WIB
"Mengingat bahwa saya segera meninggal, adalah hal paling penting untuk membantu saya membuat keputusan-keputusan besar dalam hidup," ucapnya. "Mengingat bahwa kita akan meninggal, adalah cara terbaik untuk menghindarkan kita dari pemikiran bahwa kita akan kehilangan sesuatu. Di depan kematian, kita sudah telanjang. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak menuruti kata hati," tambah dia dalam pidato monumental tersebut.
Setelah itu, perjuangan pria yang karya-karyanya telah mengubah dunia tersebut melawan kanker terlupakan. Tertutup oleh rilisan dua produk fenomenal Apple dalam kurun dua tahun berikutnya. Yakni, iPhone yang diperkenalkan Jobs pada 2007. Itulah generasi pertama ponsel pintar yang seluruhnya touch screen.
Setahun berselang, dalam sebuah presentasi produk, dunia kembali dibuat tercengang ketika Jobs mengeluarkan Macbook Air dari sebuah amplop cokelat tipis.
Namun, pada akhir 2008 kondisi Jobs kembali memburuk. Spekulasi buruk tentang kesehatannya pun beredar. Terlebih karena saat itu Jobs mengambil cuti panjang dari Apple. Pada sebuah kesempatan, dia tampil dengan dandanannya yang khas -turtleneck hitam dan jins berefek washed- namun jauh lebih kurus dan pucat.
Death is very likely the single best invention of life. It is life's change agent. It clears out the old to make way for the new. (Steve Jobs, 2005)
BERITA TERKAIT
- Kemlu RI Berharap PM Israel Benjamin Netanyahu Segera Ditangkap
- Operasi Patkor Kastima 2024 Dimulai, Bea Cukai-JKDM Siap Jaga Kondusifitas Selat Malaka
- Hari Martabat dan Kebebasan, Simbol Ketahanan dan Harapan Rakyat Ukraina
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika
- Ngebet Usir Imigran, Donald Trump Bakal Kerahkan Personel Militer