Retor Beber Perbedaan Proletar dan Kaum Marhaen
Talkshow and Music Bung Karno Series
Bung Karno bertekad untuk senantiasa memperjuangkan hak-hak dan keberpihakan kepada wong cilik.
Bagi Bung Karno, rakyat Indonesia harus benar-benar makmur dan tercukupi kebutuhannya.
“Kemerdekaan bagi Bung Karno tidak sekadar kemerdekaan bangsa, tetapi pembebasan rakyat dari penindasan,” katanya.
Bung Karno memperhatikan, kemiskinan dan kemelaratan rakyat Indonesia itu terjadi karena penindasan secara sistem.
Padahal, kata dia, wong cilik ini sejatinya mempunyai alat produksi yang bisa mereka gunakan untuk bekerja.
Kondisi ini tentu berbeda dengan proletar.
"Bung Karno turut serta terjun dan bergaul dengan masyarakat sekitar. Ketika kuliah di Bandung tak sekadar kuliah di kampus. Beliau juga menyaksikan penderitaan wong cilik. Ketika itu, Bung Karno bertemu dengan seorang petani yang bernama Marhaen. Saat itulah muncul istilah Kaum Marhaen ini," katanya.
Nilai lain yang bisa dipelajari dari gagasan Bung Karno memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ialah banyak diilhami oleh kehidupan rakyat kecil yang tertindas.
Retor A.W Kaligis menegaskan bahwa Marhaen berbeda kaum proletar. Ini penjelasannya.
- Kabinet Baru
- Pilihan Wong Cilik, Khofifah-Emil Didukung Pedagang Pasar Surabaya
- Cerita Perjuangan Bung Karno, Hasto Ingatkan Mahasiswa STIPAN Berani Perjuangkan Ide
- Bamsoet: Prabowo Menyambut Baik Keputusan MPR Terkait Bung Karno, Soeharto, dan Gus Dur
- Tiga Presiden
- UBK Ajak Gen Z Membangun Bangsa Berlandaskan Pancasila