Revolusi Beludru
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
jpnn.com - Mendekati Desember 1989, Eropa hampir membeku memasuki puncak musim dingin.
Salju menutupi jalan di mana-mana. Orang-orang memilih tinggal di dalam rumah mencari perlindungan dari tusukan angin.
Namun, di Cekoslowakia orang-orang merasa panas dingin. Salju mulai turun, tetapi suhu politik malah memanas.
Orang-orang mulai turun ke jalanan, meninggalkan rutinitas sehari-hari dan berani menyuarakan kegelisahan serta ketidakpuasan terhadap rezim komunis.
Ketika Natal makin dekat dan tahun segera berganti yang baru, tidak terlihat kesibukan dan kegembiraan yang biasanya menandai dua hari festival itu. Tak ada waktu memikirkan Natal atau mempersiapkan tahun baru. Tanda-tanda perubahan besar melalui revolusi terasa makin nyata.
Beludru atau velvet, lembut dan menghangatkan. Indah dan anggun di pandangan. Namun, di balik keindahan dan kelembutan itu tersimpan kekuatan yang sangat dahsyat yang bisa meruntuhkan kekuasaan rezim otoritarian yang angkuh.
Revolusi Beludru atau Velvet Revolution yang digelorakan rakyat Cekoslowakia ini dicatat dengan tinta emas sejarah, menunjukkan bagaimana kekuatan rakyat bisa menggulingkan rezim tiran dengan cara elegan, tanpa kekerasan.
Revolusi ini membuktikan kekuatan sebuah gagasan yang sudah merasuk ke dalam jiwa rakyat.
Revolusi Beludru kali ini terjadi di Euro 2020. Tanpa kekerasan dan kucuran darah.
- Grup F EURO 2024: Kebangetan Kalau Portugal Tak Lulus ke 16 Besar
- Jokowi Can Do No Wrong
- Akhir Petualangan Berlusconi
- Kunker ke Praha, ART Minta Pemerintah Evaluasi Anggaran Kedubes RI
- Lewat Cara Ini, Ganjar Perkuat Kerja Sama Investasi Jateng dengan Republik Ceko
- Pesta Gol Lawan Ceko, Portugal Rusak Momen Manis Bek Persija