Revolusi Beludru

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Revolusi Beludru
Tomas Holes (9) membuka keunggulan Ceko atas Belanda. Foto: Twitter@EURO2020

Ketika rakyat ditindas, mereka seperti menyerah tidak berdaya, powerless. Rakyat seolah-olah tunduk terhadap kekuatan (power) penguasa yang despot. Namun, di balik rakyat yang powerless itu ternyata tersimpan power yang dahsyat yang bisa menggulung apa saja.

Baca Juga:

Itulah "the power of the powerless" kekuatan dari orang-orang yang tidak berkekuatan. Itulah yang disuarakan oleh Vaclav Havel, penulis, sastrawan, dan dramawan Cekoslowakia.

Ia menyuarakan perlawanan senyap dan berhasil menghimpun kekuatan para powerless dengan damai.

Revolusi Beludru terjadi sejak 17 November hingga 29 Desember 1989, didorong oleh ketidakpuasan terhadap partai tunggal yang berkuasa waktu itu, Partai Komunis Cekoslowakia.

Bagi rakyat Cekoslowakia, PKC tak mampu mengakomodasikan kepentingan orang banyak, korup, dan tiran. Selama minggu-minggu tuntutan demo adalah pergantian rezim harga mati.

PKC memang sudah terlalu lama berkuasa, sejak 25 Februari 1948. Kemenangan Uni Soviet dalam Perang Dunia II dan jatuhnya front timur memuluskan jalan rezim komunis ke puncak kekuasaan.

Sepanjang pemerintahan PKC, oposisi diberangus. Represi negara sangat keras. Yang tak sepakat dengan kekuasaan dicap musuh negara. Kehidupan Cekoslowakia jauh dari demokratis.

Keterbukaan yang minim, ketakutan di mana-mana, hak menyampaikan pendapat dibungkam. Otoritas negara berkuasa penuh atas segala hal, pendidikan, informasi, ekonomi, militer, sampai keamanan.

Revolusi Beludru kali ini terjadi di Euro 2020. Tanpa kekerasan dan kucuran darah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News