Revolusi Beludru

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Revolusi Beludru
Tomas Holes (9) membuka keunggulan Ceko atas Belanda. Foto: Twitter@EURO2020

Namun, sejak pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev menggulirkan Glasnost (keterbukaan) dan Perestroika (pembenahan) pada 1985, pemerintahan jadi lebih luwes.

Pelan-pelan ide mengenai kebebasan dan keterbukaan merembes ke Cekoslowakia melalui tulisan-tulisan dan drama yang dipentaskan Vaclav Havel.

Rakyat mulai turun ke jalan-jalan di ibu kota Praha. Mereka terpengaruh oleh tulisan-tulisan itu. Vaclav Havel dianggap sebagai musuh negara dan ditangkap. Penangkapan pun terjadi di mana-mana untuk menghentikan meluasnya gerakan perlawanan.

Namun, rakyat tidak takut. Mereka malah lebih berani melawan.

Kondisi ekonomi yang makin melemah sejak akhir 1980-an dan konsumsi yang turun drastis memicu rakyat turun ke jalan, menuntut reformasi dan mempertanyakan sistem secara terbuka.

Puncaknya, pada tahun 1989, masyarakat Cekoslowakia menyerukan penghapusan sensor, menuntut pembebasan Vaclav Havel, serta reformasi total.

Dorongan untuk mempercepat revolusi juga datang dari negara-negara tetangga. Pada Agustus 1989, warga Jerman Timur yang tinggal di Cekoslowakia menduduki Kedutaan Jerman Barat di Praha dan menuntut penyatuan dengan Jerman Barat.

Ribuan warga Jerman Timur meninggalkan Praha menuju Jerman Barat dengan menggunakan kereta api. Tak lama setelah itu, pada 9 November dinding pemisah Jerman Barat dan Timur dirubuhkan.

Revolusi Beludru kali ini terjadi di Euro 2020. Tanpa kekerasan dan kucuran darah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News