Revolusi Energi (2)
Oleh Dahlan Iskan
Itu akan terjadi bersamaan dengan ditemukannya teknologi baterai yang baru. Mungkin 5 tahun lagi. (Ketika itu harga baterai tinggal sepertiga harga sekarang. Kekuatannya, paling tidak, tiga kali lipat dari yang terbaik saat ini).
6. Pembangkit tenaga air mengalami kesulitan. Itu akibat berubahnya lingkungan. Sungai dan waduk makin dangkal. (Sistem pump storage tidak relevan lagi –tergantikan oleh zaman baru baterai. Mikrohidro menjadi terlalu mahal).
7. Indonesia tetap jadi lumbung energi. Hanya pindah dari migas ke batu bara. Lalu pindah lagi ke surya. ('Rendemen' tenaga surya di wilayah timur jauh lebih tinggi dari wilayah barat).
8. Indonesia tiga kali menjadi lumbung energi: migas, batu bara, surya. Hanya saja, ternyata, status lumbung energi tidak otomatis menjadi sumber kemakmuran negeri.
Sudah terbukti. Era Migas di masa lalu tidak membuat Indonesia makmur. Demikian juga era batubara sekarang.
(Kaltim sebagai lumbung energi utama pernah krisis listrik. Berkepanjangan. Itu karena tidak punya pembangkit listrik. Dan tidak ada rencana membangunnya. Saya pernah ingin mengajak rakyat Kaltim untuk merdeka –istri saya dari Kaltim. Akhirnya saya melakukan pemberontakan yang lain di sana: membangun PLTU tanpa ada izin –saking sulitnya mengurus izin saat itu. Akibatnya, saya berdarah-darah. Itu karena tidak bisa mendapat kredit bank tanpa ada izin).
9. Ekonomi dan daya saing ekonomi negara, tidak akan pernah baik. Itu kalau tidak punya kebijakan energi yang konkret dan murah.
10. Batu bara adalah hasil bumi asli Indonesia. Yang diberikan Tuhan begitu saja. Itu sudah harus untuk sepenuhnya kemakmuran rakyat –bukan kemakmuran segelintir orang saja. Toh mereka sudah berhasil makmur dari batubara selama 20 tahun terakhir.