Revolusi Energi untuk Negeri (1)
Oleh Dahlan Iskan
Kelak, pada saat angin datang besar-besaran, kelebihan listriknya bisa kita simpan di baterai. Untuk dipakai ketika tidak ada angin.
Itu akan paralel dengan tenaga surya. Siang hari, ketika ada matahari, kelebihan listriknya disimpan di baterai. Untuk dipakai malam hari.
Sampai, kelaaaak, ketika bulan sudah bisa bersinar seperti matahari, baterai tidak relevan lagi. Namun, itu hil yang mustahal –kata Asmuni-nya Srimulat.
Arus laut memang sumber listrik, tetapi janganlah berharap itu dalam jangka pendek. Kita masih harus menunggu ITB, ITS, UI, UGM menjadi sekelas MIT atau Tsinghua.
Nuklir tentu juga sumber listrik yang hebat dan hemat. Namun, jangan harap bisa terwujud dalam waktu 15 tahun ke depan.
Saya sempat menyiapkan salah satu pulau untuk proyek nuklir. Ideal sekali. Tidak perlu saya sebutkan lokasinya.
Yang jelas bukan di Bangka. Namun, makin mendalami masalah nonteknisnya, makin jauh harapan segera bisa mewujudkannya.
Listrik dari geotermal juga murah dan andal. Namun, investasinya mahal sekali. Nonteknisnya juga mengerikan. Apalagi, itu hanya solusi di Jawa dan sebagian Sumatera.