Revolusi Oktober Di Kampung Belanda Depok

Revolusi Oktober Di Kampung Belanda Depok
Halaman 2 koran Penjoeloeh, edisi 25 Oktober 1945 memberitakan Peristiwa Gedoran Depok. Semasa itu selain perang fisik, juga terjadi perang propaganda melalui media massa. Dari caranya memberitakan bisa ditebak, koran ini ada di pihak mana. Foto: Dok.Wenri Wanhar/JPNN.com.

Dari arah Kulon (Barat); Kampung Limo, Cinere, Gandul, Pondok Labu, Pancoran Mas, Pengasinan, Mampang, Grogol dipimpin Ki Mulih, Rinta, Ki Nasik, Ki Sinam, Miskam. 

Dari arah Selatan sebetulnya ada juga Margonda, pimpinan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) Bogor. Dan dari arah Barat yang tak kalah sohor ada Pak Daeran, dari kalangan jawara yang kemudian hari berjuluk Mat Depok.

Misar Daeran anak Pak Daeran alias Mat Depok masih ingat detik-detik menjelang laskar rakyat menyerbu perkampungan Belanda Depok. Sebab di depan rumahnyalah orang-orang berkumpul sebelum berangkat ke Depok. 

Rumah Pak Daeran di perempatan Tanah Baru, Beji. Saking sohornya, dulu orang menyebut wilayah itu Prapatan Paderan--akronim dialek dari Pak Daeran. Kini, wilayah itu disebut Perempatan Tugu Gong Sibolong. 

Waktu itu Misar Daeran masih remaja tanggung. Meski bapaknya salah seorang pemimpin, Misar hanya ikut-ikutan. Tak tahu banyak. Yang dia tahu, sejak malam orang-orang mulai berdatangan ke perempatan depan rumahnya.

"Setelah ramai paginya langsung ke Depok," kenangnya saat dijumpai di Kober Tanah Baru, tempo hari.  

Belum Merdeka

Cornelis Josef Jonathans. Dia punya postur tinggi semampai. Rambutnya tak sehelaipun berwarna hitam. Memutih dimakan usia. Guratan garis mukanya mengisyaratkan asam garam kehidupan yang telah dilakoni. Laki-laki kelahiran Depok, 14 April 1922 tersebut anak kelima Johanes Matheis Jonathans, Presiden Depok terakhir. 

DI tengah setuasi revolusioner paska Proklamasi ditambah pula kecemburan sosial terhadap kaum tuan tanah Belanda Depok yang diistimewakan pada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News