Revolusi Prancis

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Revolusi Prancis
Suporter Timnas Prancis membawa foto Kylian Mbappe. Foto: REUTERS/Bernadett Szabo

Pertandingan Maroko melawan Prancis membawa persaingan yang unik antara Asyraf Hakimi dengan Kylian Mbappe. Keduanya bersahabat akrab di PSG dan saling menghormati.

Mbappe tanpa sungkan menyebut Hakimi sebagai ‘The best RB in the world’ atau bek kanan terbaik di dunia. Ketika Maroko lolos ke perempat final mengalahkan Spanyol, Mbappe datang ke hotel tim Maroko untuk mengucapkan selamat kepada Hakimi.

Ketika kemudian Maroko mengalahkan Portugal secara dramatis di perempat final sehingga akan bertemu dengan Prancis yang mengalahkan Inggris, Mbappe membuat twit ‘Sampai jumpa di semifinal’.

Mbappe menjadi pemain sayap kiri terbaik di Piala Dunia kali ini. Kecepatannya, kekuatan fisiknya, dan inteligensi permainnya membuat Mbappe menjadi salah satu favorit pemain terbaik. Ia sudah mencetak 5 gol dan menjadi kandidat terkuat top scorer.

Hakimi menjadi salah satu bek kanan terbaik di turnamen. Sepanjang perhelatan Piala Dunia, Maroko tidak pernah kalah dan hanya kebobolan sekali, itu pun karena gol bunuh diri.

Hakimi, tidak pelak, menjadi kekuatan sentral di pertahanan Maroko. Kali ini, Hakimi harus menghentikan Mbappe kalau Maroko ingin menang.

Pertandingan nanti juga membawa kenangan sejarah yang panjang. Prancis menjadi kekuatan Eropa yang dahsyat di bawah Napoleon Bonaparte.

Prancis menjajah Mesir dan merambah ke negara-negara Afrika, termasuk Maroko dan Aljazair. Prancis menjadi kekuatan kolonial yang menjajah, sekaligus memberdayakan negara-negara jajahannya supaya melek ilmu pengetahuan dan teknologi.

Hakimi dan Mbappe boleh saja bersahabat akrab, tetapi di atas lapangan keduanya akan saling mengunci dan mengalahkan demi kejayaan negara masing-masing.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News