Reza Indragiri, Master Langka Bidang Psikologi Forensik
Tak Butuh Empati, Curiga Jadi Senjata Utama
Jumat, 08 Januari 2010 – 06:19 WIB

Foto : Naufal Widi/JAWA POS
Sesuai dugaan awal Reza, banyak yang menyebut lulusan S-1 susah diatur. "Saya gunakan filosofi berjenjang. Kalau sudah S-1 cenderung akan pongah," katanya. Namun, temuan hasil penelitiaannya justru mengatakan sebaliknya. "Justru lulusan S-1 mempunyai keluwesan untuk dibentuk," sambungnya.
Menurut dia, hasil temuan itu tidak mengejutkan. Alasannya dua. Pertama, berdasar psikologi perkembangan, usia SMA adalah saat ego sedang tinggi-tingginya. "Sebaliknya, usia S-1 lebih teduh," ungkap Reza.
Alasan kedua, kalau ada lulusan S-1 yang pongah, bisa jadi bukan karena latar belakang akademiknya. Harus dilihat modifikasi kurikulumnya, apakah cukup terbagi antara lulusan SMA dan S-1. "Makanya, itu yang saya rekomendasikan (modifikasi kurikulum)," kata ayahanda Menza Fadiyan Amriel, 6, dan Devinza Amriely, 5, ini.
Hal itu juga sejalan dengan kebanyakan organisasi kepolisian di negara-negara maju. Banyak yang memberikan kualifikasi S-1 untuk masuk ke dalamnya. "Yang global di negara-negara lain, sudah meninggikan syarat masuk organisasi Polri," jelas Reza.
Salah satu upaya penyidik mengungkap kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen yang melibatkan Antasari Azhar adalah menggunakan pendekatan psikologi
BERITA TERKAIT
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara