Ribuan Orang Melakukan Unjuk Rasa Menolak Tabungan Perumahan Rakyat
Berbeda dengan tabungan sejenis sebelumnya, yang bernama Taperum, tabungan ini bukan hanya wajib bagi pegawai negeri sipil.
Perubahan yang akan membuat Tapera wajib untuk seluruh pekerja dengan upah di atas UMR, termasuk pekerja lepasan, sudah ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada akhir Mei lalu.
Pemotongan gaji baru tersebut memicu kebingungan dan kemarahan di kalangan pekerja, khususnya yang sudah merasa kesulitab akibat biaya hidup dan harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat.
'Beli rumah Barbie saja enggak bisa'
Elza Yulianti, pekerja lepas berusia 30 tahun di Jakarta, ikut dalam aksi unjuk rasa hari ini.
Ia mengatakan peraturan Tapera akan "membebani" anak muda seperti dirinya.
"Di tengah ketidakpastian pendapatan yang setiap bulan diterima dan bisa di-PHK, kapanpun bisa dipecat ...Tapera ini akan mengurangi income [pendapatan] kami," ujar Elza.
Elza juga mempertanyakan bagaimana setoran wajib 2,5 persen dari gajinya per bulan nantinya bisa membeli tempat tinggal.
"Pendapatan saya hanya UMR sekitar 5 jutaan, sementara harga tanah di Jakarta itu sangat-sangat mahal."
Ribuan buruh dan pekerja turun ke jalanan untuk menolak usulan soal Tapera, yang mewajibkan seluruh pekerja, baik yang di pemerintahan atau swasta dengan upah diatas UMR, untuk membayar setidaknya 2,5 persen untuk tabungan rumah
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata
- Dunia Hari Ini: Rencana Airbnb Menggelar Pertarungan Gladiator di Roma Dikecam
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia