Ribuan Orang Melakukan Unjuk Rasa Menolak Tabungan Perumahan Rakyat
Elza mengatakan kenaikan harga tanah "tidak berimbang" dengan upah dan pemerintah harus "menguatkan harga pasar."
"Tidak ada kejelasan mekanisme, transparansi anggarannya seperti apa lalu apa keuntungannya anak muda jika ikut Tapera atau pekerja Gen-Z dan Milenial jika ikut Tapera," katanya.
"Cuma akal-akalan saja untuk memotong iuran Tapera dengan alasan akan dialihkan ke program-program pembangunan seperti IKN dan makan siang gratis dan sebagainya, mungkin."
Elvia Shauki adalah mantan pegawai pemerintah yang tidak pernah tahu kalau ia sudah membayar tabungan rumah sejak mulai bekerja sebagai pegawai negeri sekitar 30 tahun yang lalu.
Secara otomatis, sebanyak Rp10ribu dipotong dari gaji bulanannya sebagai bagian dari program Taperum.
Namun saat mengakses situs untuk mengklaim uangnya, Elvia hanya menemukan saldo sekitar Rp4,5 juta di rekeningnya.
"Empat atau lima juta rupiah untuk membeli rumah?" katanya.
"Beli rumah Barbie saja enggak bisa, karena harganya sudah Rp6 -7 juta sekarang."
Ribuan buruh dan pekerja turun ke jalanan untuk menolak usulan soal Tapera, yang mewajibkan seluruh pekerja, baik yang di pemerintahan atau swasta dengan upah diatas UMR, untuk membayar setidaknya 2,5 persen untuk tabungan rumah
- Datangi Markas PKS, Demonstran Menuntut Suswono Dipecat dari Partai
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan