Ribuan Pencari Suaka dan Pengungsi Myanmar Hidup Miskin di Malaysia

Muhammad Hassan, pencari suaka etnis Rohingnya dari Myanmar mengatakan, kehidupan di Malaysia ‘sangat sulit’.
“Kami sangat tak sehat, tak berpendidikan dan miskin. Jika saya tak bisa bekerja di sini sebagai pengungsi, bagaimana kami bisa bertahan hidup?,” tuturnya.
Keluarga para pria yang bekerja bersama mengumpulkan sampah juga tinggal bersama untuk mengurangi biaya hidup.
Setidaknya ada 3 keluarga yang tinggal di rusun 2 kamar, dan keluarga itu mungkin saja terpaksa untuk tinggal dalam kondisi terbatas ini selama bertahun-tahun.
Anak-anak terpaksa pergi ke sekolah rahasia
Di Malaysia, para pengungsi dan pencari suaka tak bisa pergi ke sekolah negeri, tapi beberapa anak pergi ke sekolah tak resmi yang tersembunyi.
Menurut kepala guru di Zachunghain, sekolah seperti itu di Kuala Lumpur punya 46 siswa, berusia antara 3-15 tahun.
“Kami punya pendidikan yang buruk di sana, jadi mereka datang ke sini untuk mencoba karena masa depan mereka akan lebih baik,” ujarnya.
Ribuan pencari suaka dan pengungsi yang selamat dari perjalanan, yang mengancam jiwa, dari Myanmar terjebak dalam siklus baru kemiskinan dan kebodohan
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya
- Benci Tapi Rindu Asing: Tradisi Lama Warisan Orde Baru?
- Benci Tapi Rindu Asing: Tradisi Lama Warisan Orde Baru?