Ribuan Pendukung Kecewa
Sempat Beredar Kabar Suu Kyi Bebas Kemarin
Sabtu, 13 November 2010 – 07:49 WIB
KPU Myanmar sejak Kamis (11/11) telah mengumumkan hasil sementara pemilu Myanmar. Hingga kemarin (12/11) partai pendukung junta, Partai Persatuan Solidaritas dan Pembangunan (USDP) menang telak.
Untuk lembaga legislatif (Pyithu Hluttaw) USDP yang beranggotakan mantan jenderal meraih 86 persen kursi parlemen atau 179 kursi. diikuti Shan Natioalities Democratic Party (SNDP) dengan 9 kursi, National Democracy Force (NDF) 8 kursi, National Unity Party 7 kursi, All Mon Regions Democracy Party (AMRDP) 3 kursi, dan Wa Democratic Party (WDP) 1 kursi. Pyithu Hluttaw nantinya akan memilih perdana menteri baru. Dengankekuatan tersebut, USDP yang juga akan dibantu kekuatan 25 persen kursi jatah militer di parlemen sudah pasti akan menggolkan calonnya sebagai kepapa pemerintahan.
Sementara untuk majelis tinggi (Amyotha Hluttaw), sementara 90 persen kursi dikuasai USDP. Dari 99 kursi yang sudah terisi, USDP menempatkan 90 wakilnya. Sisanya dibagi untuk AMRDP, NUP, NDF, dan SNDP. Majelis tinggi ini nantinya yang akan menentukan kepala negara atau presiden Myanmar.
Begitu juga untuk lembaga DPD (region/state hluttaw), juga dikuasai USDP. Hampir di semua region maupun state USDP unggul. Dan di lembaga tersebut USDP menempatkan 85 wakil dari 109 kursi yang sudah diumumkan. Masih ada beberapa region dan state yang masih dalam tahap rekapitulasi. Kemunkinan dalam pekan ini proses rekapitulasi sudah selesai.
YANGON - Sore kemarin (12/11) ribuan pendukung tokoh demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi berkumpul di kantor Partai Liga Nasional untuk Demokrasi
BERITA TERKAIT
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan