Ribuan Petani Butuh Jembatan
Senin, 11 Maret 2013 – 10:15 WIB
Kesusahan yang dialami petani tidak hanya sampai di situ. Bila musim hujan dan debit air sungai tinggi, petani terpaksa meliburkan diri. Walau begitu, ada juga yang nekat pergi ke ladang, tentu dengan konsekuensi, menghadang bahaya.
Baca Juga:
Buruknya akses menuju ladang dan sawah masyarakat juga menyebabkan harga komiditi pertanian semakin tertekan. Sebut saja harga karet. Bila harga karet di pasaran Rp 8.000 per kilo, maka harga karet di tingkat petani yang dijual di areal ladang hanya berkisar Rp 4.000-5.000 per kilo. Kondisi ini tentu sangat memukul perekonomian petani.
"Mau bagaimana lagi, untuk mengangkut karet dari ladang, susahnya minta ampun. Itulah sebabnya harganya jatuh," tambah Amdani.
Tokoh masyarakat Nagari Pauh Duo Nan Batigo Jalinus menuturkan, 80 persen masyarakat Pauh Duo Nan Batigo mata pencahariannya adalah bertani. Pada umumnya, lahan pertanian mereka terletak di Paninjauan. Ekonomi masyarakat sangat tergantung pada akses jalan dan jembatan untuk menuju tempat beraktivitas.
"Harapan masyarakat, jembatan dan jalan usaha tani yang menjadi sarana paling urgen untuk beraktivitas hendaknya mendapat perhatian," imbuh Jalinus.
SOLSEL--Ribuan petani di Nagari Pauh Duo Nan Batigo, Kecamatan Pauhduo, Kabupaten Solok Selatan membutuhkan jembatan, sebagai akses menuju lahan
BERITA TERKAIT
- Natal 2024, Uskup Keuskupan Bandung Ajak Umat Jaga Persahabatan & Perdamaian
- Kakek di Musi Rawas Meninggal Dunia Diduga Jatuh dari Pohon Durian
- Polisi: Tak Ada Bayi Tertukar di RSI Jakarta Cempaka Putih
- Pemkot Bogor Didorong Maksimalkan Pendapatan Pajak Daerah
- Belasan Warga Bantargadung Sukabumi Diduga Keracunan Seusai Menyantap Jamur
- Sekda Batanghari Tersangka Penipuan, Begini Kasusnya