Ribut-Ribut Petral dan Prinsip C&C

Ribut-Ribut Petral dan Prinsip C&C
Ribut-Ribut Petral dan Prinsip C&C
Mungkin memang ada maksud terselubung: Bubarkan Petral sekarang juga biar terjadi kelangkaan BBM dan terjadilah gejolak sosial. Itu mirip-mirip dengan logika: Jangan naikkan harga BBM dan pemakaiannya juga jangan melebihi 40 juta kiloliter setahun! Logika Joko Sembung yang tidak nyambung.

Tentu saya tidak akan terpancing pemikiran pendek seperti itu. Yang harus dilakukan Pertamina adalah langkah yang lebih mendasar: Sebagai perusahaan raksasa, Pertamina, seperti ditegaskan Presiden SBY setegas-tegasnya, tidak boleh lagi membeli minyak dari perantara. Langkah seperti itu sebenarnya sudah mulai dilakukan oleh Pertamina. Tapi, belum semua. Jadinya tenggelam oleh pembelian yang masih dilakukan lewat Petral.

Apakah kelak setelah Pertamina tidak lagi membeli minyak dari perantara, otomatis tidak akan ada yang dipersoalkan? Tidak dijamin. Akan terus ada yang mempersoalkan. Misalnya:

1) Mengapa membeli langsung kalau pedagang bisa memberikan harga lebih murah? (Dalam dunia bisnis, tidak dijamin pemilik barang menjual lebih murah daripada pedagang. Bisa saja pedagang kuat membeli barang dalam jumlah besar dengan diskon yang tinggi. Lalu, menjual kepada konsumen dengan harga lebih murah.)

2) Pertamina (atau siapa pun) dapat komisi dari pemilik barang.

KADANG timbul. Kadang tenggelam. Kadang timbul-tenggelam. Begitulah isu korupsi di Pertamina. Siklus timbul-tenggelam seperti itu sudah berlangsung

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News