Rindu Dahlan Iskan
Oleh; Ali Kusno*
Keenam, gaya narasi seperti orang berkisah. Bertutur secara naratif dapat diibaratkan seperti orang berkisah. Dahlan berkisah tentang perjalanannya ke Balikpapan dalam feature perjalanan ”Jembatan Fenomenal di Tangan Perusahaan Fenomenal”. Setelah meninjau Bandara Baru Sepinggan, Balikpapan, saya berkesimpulan: sudah siap diresmikan kapan saja Presiden SBY menghendaki. Terminal bandara itu sangat membanggakan. Besarnya dua kali lipat dari bandara baru Surabaya.
Ketujuh, feature-feature Dahlan kaya akan sentuhan gaya bahasa. Gaya bahasa bagi Dahlan ibarat dandanan bagi tulisan. Tulisan menjadi cantik nan menarik. Sentuhan gaya bahasa Dahlan terasa dalam feature ”Presiden Baru tanpa Bulan Madu”. Contoh lain, anggaran untuk pesantren, PAUD, dan sekolah swasta. APBN bidang pendidikan itu besarnya seperti gajah bengkak.
Kedelapan, tidak terikat kaidah kebahasaan. Dahlan tidak ingin dibatasi aturan-aturan dalam menuangkan gagasan. Dahlan memiliki karakter feature yang mendobrak aturan kebahasaan. Dobrakan tersebut terlihat seperti pada feature ”Xiao Ping Guo sebelum Jalan ke Thamrin”. Tapi, juga ada satu gerakan senam yang tidak akan dimainkan lagi: Dahlan Style. Sebab, syair lagunya tidak cocok lagi. Ada kalimat ”Dahlan Iskan seorang menteri” di dalam lagu Sunda Cirebonan yang dinyanyikan Diana Sastra itu.
Kesembilan, menutup dengan klimaks ataupun antiklimaks. Penutup feature yang bagus mampu memberikan kesan yang mendalam. Dahlan suka mengakhiri tulisan dengan klimaks ataupun antiklimaks. Berikut penutup feature ”Telah Lahir sang Penari Langit Nasional”. Ricky terdiam sejenak. Kepalanya menunduk. Wajahnya menatap ke bumi. Sesaat kemudian baru dia berucap. ”Saya akan tetap di Indonesia. Seadanya,” jawab Ricky. ”Saya akan meneruskan semua ini semampu saya,” tambah dia.
Dalam penutup tersebut, Dahlan Iskan piawai melibatkan emosi menggugah empati. Pembaca ikut hadir dalam diri Dahlan dan Ricky. Begitu emosi pembaca sampai pada puncak suasana dan rasa, saat itu pulalah tulisan diakhiri.
Merindukan Dahlan Iskan
Dahlan Iskan besar di lingkungan jurnalistik. Meski sempat tersesat dalam pemerintahan dan politik. Melalui feature, Dahlan berbicara, bercerita, dan bersenda gurau dengan pembaca. Karakteristik feature Dahlan akan terus bertambah seiring derap langkah sepatu kets yang enggan berhenti. Segesit gerakannya dengan baju putih digulung. Baju yang sekarang menjadi tren pegawai pemerintahan.
Penulis dan masyarakat akan selalu merindu Dahlan Iskan, hadir dalam untaian tulisan. Merindu feature Dahlan Iskan yang free dari menteri. Semoga Dahlan Iskan terus melahirkan feature-feature baru, seperti moto lamanya: Kerja, Kerja, Kerja. (***)
Saya sendiri besok sudah berangkat ke Lombok, Bima, lalu jalan darat ke Dompu, Tambora, dan Sumbawa Besar. Saya juga harus langsung kerja, kerja,
- Brengkes Ikan, Cara Perempuan Menyangga Kebudayaan
- Negara Federal Solusi: Kucing Lebih Diterima Istana Ketimbang Orang Kawasan Timur
- Kementerian Baru dan Masa Depan Kebudayaan
- Negara Jangan Hanya Mencintai Sumber Daya Alam Kawasan Timur Indonesia
- Ketahanan Pangan Bermula dari Rumah
- Gerakan Mahasiswa: Instrumen Mewujudkan Indonesia Emas 2045