Riset 22 Tahun, Nyaris Mati Sembilan Kali
Jumat, 08 Maret 2013 – 07:50 WIB
Sepulang dari Tanah Suci, Iwan langsung memulai riset. Berkali-kali dia pergi ke luar negeri bermodal keuntungan yang didapat dari penjualan buku-buku karyanya untuk studi banding dan mencari referensi. Setidaknya, dia tiga kali masing-masing pergi ke Eropa, Amerika Serikat, dan Timur Tengah.
Keluarganya merasa heran atas upaya Iwan tersebut, terutama sang kakak. Sebab, kala itu rumah yang ditinggali Iwan tergolong sederhana. "Saya dianggap berlagak besar. Rumah butut, malah buang-buang uang ke luar negeri," tuturnya.
Di antara sekian banyak negara yang dikunjungi untuk mencari referensi, ternyata sumber tentang Islam terbesar ada di negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat.
Bahkan, dia sempat ikut "kuliah" untuk mendapat banyak sumber yang membahas Islam di University of Delaware, AS. Iwan belajar di kampus itu selama satu semester. Semata-mata untuk mengetahui cara universitas tersebut mengajarkan Islam.
BERAWAL dari doa di depan Kakbah pada 1989, Iwan Gayo akhirnya berhasil menyelesaikan buku karyanya yang diklaim sebagai salah satu ensiklopedia
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara