Riset Australia: Rokok Elektrik Lebih Efektif daripada Terapi Pengganti Nikotin

Tapi sayangnya, walaupun pengguna HPTL terus meningkat, dan banyak perokok yang ingin berhenti, studi mengenai produk HPTL di Indonesia masih sangat terbatas. Akibatnya, mereka yang ingin berhenti merokok tidak memiliki informasi yang akurat mengenai pilihan yang lebih rendah risiko.
Padahal, laporan The Global State of Tobacco Harm Reduction (GSTHR) yang terbit pada 18 April 2021 mengungkapkan, sebanuak 48,6 persen perokok di Indonesia ingin berhenti merokok.
Tapi jika menilik dari data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase perokok Indonesia hanya berhasil turun 0,3 persen menjadi 28,7 persen pada 2020.
Peralihan ke produk HPTL juga terbilang lamban di Indonesia. Menurut laporan GSTHR jumlah pengguna HPTL baru mencapai satu (1) persen saja.
Di satu sisi, edukasi menyeluruh mengenai guna produk dan risiko masih perlu ditingkatkan. Sementara di sisi lain, riset terkait produk HPTL yang sudah beredar juga perlu disosialisasikan dengan lebih optimal.
Hal ini diamini Guru Besar Universitas Sahid Jakarta, Prof Kholil, yang ikut meneliti pengguna produk tembakau alternatif.
Pada studinya, Prof Kholil melihat bahwa sebagian besar perokok dewasa belum familiar dengan produk tembakau alternatif, serta mengenali manfaat produk yang mampu meminimalkan risiko akibat merokok.
Riset serupa perlu untuk terus dikembangkan.
Riset yang membuktikan efektivitas rokok elektrik atau vape sebagai alat bantu berhenti merokok terus bertambah.
- Kabar Australia: Pihak Oposisi Ingin Mengurangi Jumlah Migrasi
- Pemerintah Australia Umumkan Anggaran Baru, Ada Kaitannya dengan Migrasi
- Terungkapnya Tindakan Kekerasan di Sejumlah Pusat Penitipan Anak di Australia
- Kabar Australia: Gaji AU$ 100.000 Belum Tentu Cukup untuk Sewa Rumah
- Bagaimana Peluang Timnas Indonesia Lulus Piala Dunia 2026 Seusai Dihajar Australia?
- Timnas Indonesia Kalah Terlalu Banyak, Kluivert: Kami Tak Pernah Menundukkan Kepala