Riset IPB Banyak Sia-sia
Jumat, 12 Maret 2010 – 18:43 WIB
JAKARTA- Institut Pertanian Bogor (IPB), merupakan salah satu institusi pendidikan tinggi kelas wahid di negeri ini. Konsistensi akademisi IPB, dibuktikan dengan lahirnya berbagai hasil riset guna mendukung sektor pertanian dan peternakan bagi negara ini. Sayangnya, riset yang dihasilkan putra-putri terbaik bangsa ini banyak yang sia-sia dan hanya berakhir di ruang seminar atau diskusi publik saja. Hal ini disampaikan Rektor IPB, Ir Herry Suhardiyanto kepada Wakil Presiden, Boediono, Jumat (12/3) saat pembukaan Agrinex International Expo di Jakarta, Jumat (12/3).
"IPB banyak menghasilkan riset-riset guna mendorong percepatan di sektor agrobisnis. Sayangnya, hasil riset ini banyak yang tidak digunakan oleh pelaku usaha dan agroindustri. Hasil riset IPB banyak hanya berhenti pada laporan seminar dan pameran saja," ungkap Herry.
Herry pun meminta, agar Pemerintah dapat menjadi fasilitator antara pelaku usaha agrobisnis di Indonesia, agar mau menggunakan hasil riset yang telah dihasilkan oleh IPB. Karena hasil riset dibidang agrobisnis ini telah lulus uji dan terbukti mampu meningkatkan hasil produksi.
"Kajian dan riset yang dilakukan ini memang dibiayai negara, namun bagaimanapun sayang kiranya bila hasil riset tidak digunakan oleh pelaku agrobisnis di negara ini. Kita harapkan pemerintah bisa jadi fasilitator agar hasil riset ini bisa dimanfaatkan," kata Herry.
JAKARTA- Institut Pertanian Bogor (IPB), merupakan salah satu institusi pendidikan tinggi kelas wahid di negeri ini. Konsistensi akademisi IPB, dibuktikan
BERITA TERKAIT
- Mengenal Jurusan Keperawatan, Ini Prospek Karier dan Peluangnya di Masa Depan
- Bea Cukai Membekali Ilmu Kepabeanan Kepada Puluhan Pelajar SMK di Daerah Ini
- Babak Final Spelling Bee Competition Besutan EF Kids & Teens Digelar Minggu Depan
- Puluhan Tahun Digaji Seadanya, Guru Honorer di Jawa Barat Menjerit
- Bantu Siswa di Kaldera Toba, PGTS dan GO Buka Program Bimbel Persiapan Masuk PTN 2025
- Mitigasi Inklusif Kolaboratif Organisasi Jadi Model Ideal Hadapi Bencana Nonalam Pandemi