Riset Membuktikan Sumber Daya & Kurikulum Paling Berpengaruh pada Penyelarasan di SMK

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus menggencarkan pendidikan vokasi.
Salah satu keuntungan memilih jenjang pendidikan di sekolah menengah kejuruan (SMK) adalah setelah lulus bisa langsung bekerja.
Oleh karena itu, pembelajaran di SMK menekankan pada praktik dan penguatan budaya kerja.
Hanya saja, berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran SMK tahun 2022 masih terbilang tinggi, yaitu 9,42 persen.
Kendati demikian, pengangguran terbuka di jenjang SMK dari tahun sebelumnya mengalami penurunan yang paling signifikan dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya, yakni sebesar 4,13 persen.
Hal itu disebabkan adanya berbagai program dan kebijakan penguatan pendidikan vokasi yang dilakukan oleh pemerintah, utamanya untuk menyelaraskan proses pembelajaran di SMK dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.
Penyelarasan kemudian menjadi bagian yang krusial untuk mewujudkan relevansi pendidikan vokasi.
Menurut Peneliti yang juga Ketua Tim Kerja Penyelarasan Pendidikan Vokasi Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI Kemendikbudristek, Sulstyo Mukti Cahyono, dua faktor yang paling berpengaruh pada penyelarasan, khususnya di SMK adalah sumber daya serta kurikulum dan pembelajaran.
Riset membuktikan sumber daya & kurikulum paling berpengaruh pada penyelarasan di SMK.
- Siapkan Tenaga Kerja Terampil Sektor Telekomunikasi, TBIG Berkolaborasi dengan SMK
- Ini Legasi Nana Sudjana Selama Memimpin Jateng
- BPS Catat Neraca Perdagangan Surplus USD 3,45 Miliar pada Januari 2025
- BPS: Provinsi Jawa Barat Paling Banyak Tempat 'Mangkal' PSK
- Inilah Wilayah dengan Pertumbuhan Ekonomi Terendah pada 2024
- PDB Indonesia Meningkat jadi Rp 78,62 Juta Per Kapita