Riuh Sepi
Oleh: Dahlan Iskan
Terlihat ada yang lagi menari. Dengan kostum tradisional tari Jawa. Merah-hitam-putih-kuning. Dengan bawahan kain batik corak parang garudo. Dengan mahkota di kepala.
Turun dari taksi saya pilih menyeberang ke taman itu. Penuh dengan wanita Indonesia: bergerombol di mana-mana. Membuka lapak plastik. Tiduran. Berbantal paha teman. Makan-makan camilan. Saling menyisir rambut. Memantas-mantaskan wajah. Memoles bibir dengan lipstik. Berkaca. Jualan. Main HP. Ngobrol. Cekikikan. Mencoba baju baru. Campur. Yang pakai jilbab. Yang pakai short pant. Yang pakai rok mini. Yang pakai celana jeans. Lengkap.
Saya bergabung dengan yang menari Jawa itu. Ngobrol dengan pelatihnya: Nilam Ayu. Asal Kediri: Ngadiluwih. Sudah 16 tahun di Hong Kong. Dua putrinya sudah kawin. Sudah punya anak. Dua anaknyi yang lain masih SMA. Masih perlu biaya untuk sekolah mereka.
Tiap Minggu Nilam melatih tari Jawa di situ. Di grup Sanggar Srikandi. Dua jam. Saat saya gabung di situ mereka lagi latihan tari Sri Paganti –khas Lamongan. Dengan gamelan dari YouTube.
Nilam juga mengaku sebagai aktivis BaraJP, relawan Jokowi. Bidang kebudayaan.
''Berarti akan dukung Mas Gibran?''
''BaraJP di Hong Kong relawan Ganjar,'' kata Nilam.
''Kalau pusat minta pindah dari Ganjar?''