Riyadh Muda
Oleh: Dahlan Iskan
Negara sekecil Dubai memang mengejutkan: dalam waktu pendek berhasil melahirkan perusahaan penerbangan terbesar di dunia, bahkan UEA yang begitu kecil dibanding Arab Saudi masih juga punya Etihad: di Abu Dhabi.
Etihad memang tidak sesukses Emirates. Etihad mensponsori Manchester City sedang Emirates memilih Arsenal.
Bagi penumpang dari Indonesia lahirnya Riyadh Air membuat pilihan semakin banyak. Terutama untuk tujuan umrah, ke Eropa atau pantai timur Amerika.
Juga untuk terbang ke Afrika dan pantai timur Amerika Latin seperti Rio de Janeiro.
Untuk tujuan-tujuan tersebut lewat Qatar, Dubai, Abu Dhabi, Oman atau kelak lewat Riyadh sama saja. Lima bandara itu letaknya di sekitar situ-situ juga.
Saya pernah ke Amerika lewat Qatar, Dubai, dan Abu Dhabi. Ke Eropa lewat Oman. Tidak ada bedanya. Tinggal lewat Riyadh yang belum. Dua kali lewat Riyadh hanya untuk ke Madinah.
Belakangan saya lebih sering memilih Emirates karena pesawatnya: Airbus 380. Emirates memang pemilik terbanyak pesawat yang belum bisa mendarat di Indonesia itu.
Akan tetapi jenis pesawat A380 sudah tidak diproduksi lagi. Riyadh Air memilih Boeing 787 Dreamliner. Tidak ada yang istimewa. Japan Airlines atau All Nippon Airways sudah lama memilikinya.