Riza Marlon, 20 Tahun Jadi Fotografer Spesialis Alam Liar Indonesia
Demi Bidik Cenderawasih, Tempuh 24 Jam Perjalanan Nonstop
Selasa, 11 Januari 2011 – 08:08 WIB
Ini karena tidak mudah memasarkan fotografi alam liar. Menurut Riza, banyak pihak yang berminat menggunakan fotonya. Namun, mereka tidak menghargai hasil karya foto yang telah dibuatnya berpuluh tahun. "Orang hanya bilang tinggal motret, tapi tidak tahu prosesnya," ujarnya.
Sebagai ilustrasi, jika beruntung, dalam waktu sebulan, foto hasil karyanya bisa laku untuk disewa. "Tapi, bisa juga tahun berikutnya baru laku, karena itulah kita harus punya banyak stok," sebutnya.
Namun, dari kesulitan itu, tetap juga ada kemudahan. Pengalamannya yang berlimpah di alam liar membuatnya kenal banyak orang. Karya buku pertamanya bertajuk Living Treasures of Indonesia berhasil dipublikasikan pada November 2010 lalu. "Saya dibantu banyak teman foto, termasuk percetakannya," kata Riza. Peluncuran buku pertama Riza itu dilakukan pada 5-14 November 2010, di mall Grand Indonesia, Jakarta.
Hingga kini buku yang berisi karya fotonya selama 20 tahun itu sudah terjual 400 kopi. Riza mengaku baru mencetak 1.000 kopi. Dirinya sengaja tidak menjual di penerbit terkenal karena harganya lebih mahal daripada harga percetakan. "Buku saya mau dijual Rp 600 ribu, siapa yang mau beli," ujarnya.
Menjadi fotografer khusus membidik hewan-hewan yang masih tinggal di alam liar bukanlah pekerjaan mudah. Tapi, itu dilakoni Riza Marlon sejak 20
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408