Riza Primahendra Sampaikan Kajian Perkumpulan Amerta Soal Fenomena Ekonomi Lebaran 2025

Menurut Riza, banyak pabrik di Indonesia yang memasok barang setengah jadi ke industri AS (misalnya suku cadang otomotif, elektronik).
Tarif dapat mengganggu rantai pasokan ini, sehingga merugikan sektor manufaktur.
Volatilitas Mata Uang & Pasar Keuangan
Penurunan ekspor dapat melemahkan nilai tukar rupiah jika arus masuk dolar berkurang. Investor mungkin juga akan menarik diri dari pasar-pasar negara berkembang seperti Indonesia jika ketegangan perdagangan global meningkat.
Sektor-Ssektor Utama yang Berisiko
Riza menyebut tekstil dan Pakaian Jadi merupakan ekspor utama ke AS. Selain itu, minyak kelapa sawit, sudah menghadapi pembatasan Uni Eropa; tarif AS akan menambah tekanan.
Riza juga menyebut komponen elektronik dan otomotif (terintegrasi dalam rantai pasokan global).
"Sektor-sektor utama yang berisiko merupakan sektor yang selama ini menjadi penyerap tenaga kerja sehingga kenaikan tarif oleh Trump berpotensi menyebabkan PHK, menambah rangkaian PHK yang mulai terjadi pada akhir tahun 2024 dan makin meningkat di awal 2025," ujar Riza.
Ketua Perkumpulan Amerta Dr. I Riza Primahendra menyampaikan hasil kajian lembaganya terkait fenomena ekonomi Lebaran 2025.
- Seusai Lebaran 2025, Harga Cabai di Pasar KM 5 Palembang Makin Pedas
- Situasi Lebaran di Jateng Berjalan Normal, One Way Nasional Mulai Diberlakukan
- Kondisi Terkini Lalu Lintas di Pelabuhan Merak pada Puncak Arus Balik 2025
- Arus Balik Lebaran 2025, Kapolri Sampai Bilang Cukup Luar Biasa
- Arus Balik Lebaran 2025 Capai 40 Persen, Kapolri Siapkan One Way Nasional
- Kapolri: Rest Area KM 456 Salatiga Jadi Favorit Pemudik