Rizal Ramli: Capres Andalkan Popularitas Melemahkan Demokrasi

Rizal Ramli: Capres Andalkan Popularitas Melemahkan Demokrasi
Rizal Ramli: Capres Andalkan Popularitas Melemahkan Demokrasi
JAKARTA - Mantan Menteri Koordinator Perekonomian, Rizal Ramli mengatakan, indikator popularitas yang selama ini dijadikan sebagai isyarat seseorang pantas untuk diusung menjadi calon presiden (Capres), merupakan gejala yang sangat tidak baik untuk memilih pemimpin di negara demokrasi.

"Kalau hanya popularitas yang menjadi indikasi seseorang pantas diusung sebagai Capres, saya rasa itu pekerjaan yang sangat mudah dan murahan. Karena untuk mengangkat popularitas itu cukup dengan cara menyuguhkan iklan, spanduk baliho dan poster kepada rakyat," kata Rizal Ramli, di kantor Econit, Jakarta, Rabu (20/2).

Menurut Rizal, gejala komunikasi politik satu arah dengan menggunakan iklan, spanduk baliho dan poster sebagai cara untuk mengangkat popularitas, sesungguhnya melemahkan substansi dari demokrasi. Sebab, demokrasi itu sesungguhnya lebih mempertaruhkan tataran ide dan gagasan serta implementasinya dalam mengelola negara.

Kalau akan tetap mengandalkan popularitas sebagai indikasi diusungnya Capres, kata Rizal Ramli, maka demokrasi Indonesia mengarah ke demokrasi ala Filipina yang memilih pemimpinnya hanya berdasarkan faktor kekayaan dan pesohor. "Jangan harap negara Indonesia bisa menyamai negara Cina, Jepang maupun Korea, jika hanya mengandalkan popularitas dalam mencari seorang pemimpin. Kalau itu terjadi, maka bangsa Indonesia telah meniru politik negara Philipina," tegasnya.

JAKARTA - Mantan Menteri Koordinator Perekonomian, Rizal Ramli mengatakan, indikator popularitas yang selama ini dijadikan sebagai isyarat seseorang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News