Rizal Ramli: Capres Andalkan Popularitas Melemahkan Demokrasi

Rizal Ramli: Capres Andalkan Popularitas Melemahkan Demokrasi
Rizal Ramli: Capres Andalkan Popularitas Melemahkan Demokrasi
Lebih lanjut Rizal mengatakan, sudah saatnya pemimpin setelah era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau  di pemilu 2014, tidak lagi memilih berdasarkan pencitraan, tetapi berdasarkan pencerdasan. Artinya tokoh yang sudah teruji, baik dari segi akademik dan pengalaman di masyarakat dan masyarakat Indonesia mengedepankan aspek atau kriteria integritas dan kompetensi serta amanah untuk memilih seorang presiden, bukan berdasarkan popularitas.

“Bisa dibayangkan dengan penduduk 200 juta, jika hanya mengandalkan foto, baliho spanduk maupun iklan, maka Indonesia tak akan maju. Kalau itu yang terjadi, maka dulu Bung Karno tak akan pernah menjadi presiden Indonesia. Tiga hal penting untuk memilih pemimpin adalah amanah, integritas dan kompetensi,“ ungkapnya.

Ditambahkan Rizal, disaat parpol yang sudah tidak laku di mata rakyat, maka selayaknya Indonesia mencari orang yang telah memiliki integritas, kompetensi dan bersih KKN. “Sebab integritas dan kompetensi itu tidak bisa direkayasa. Semakin populer tokoh itu maka akan memudahkan negosiasi dengan parpol. Dan popularitas itu bisa diangkat melalui media.“

Selain itu, Rizal juga mengungkap keprihatinannya karena Indonesia yang dikenal super kaya-raya, tetapi 60 persen penduduknya masih kategori miskin. Kondisi tersebut terjadi, akibat banyak masalah sosial tak kunjung tertangani, yang disebabkan pemimpinnya selain tidak amanah juga tidak memahami persoalan yang sedang dihadapi dan bagaimana langkah memperbaiki kehidupan rakyat.

JAKARTA - Mantan Menteri Koordinator Perekonomian, Rizal Ramli mengatakan, indikator popularitas yang selama ini dijadikan sebagai isyarat seseorang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News